• Alur Cerita ~Labyrinth~ The World God Only Knows III Episode 10

    Kami nomi zo Shiru Sekai: Megami-hen episode 10 "Labirin"

    The World God Only Knows III

    The World God Only Knows © Tamiki Wakaki

    Re-write by J
    ...
    Katsuragi berhadapan langsung dengan dewi terakhir yang harus dia selamatkan. Di tengah perayaan di sekolah, ditonton oleh murid-murid lainnya bagaikan pertunjukan, Katsuragi berkata dalam hati "Parameter ayumi saat ini sangat rumit, tidak mungkin dianalisa lagi. Aku perlu melewati hal-hal tak berguna dengan pernyataan cinta yang kuat"

    Keduanya saling bertatapan menantang, Ayumi mengerutkan alis matanya lalu menerjang Katsuragi dengan tendangan kaki ke perutnya

    "Aaaaaa" teriak Katsuragi. Dia terjatuh ke tanah karena penyerangan ayumi begitu mendadak dan kuat

    "Minta maaflah pada Ichihiro! Aku tak ingin melihat wajahmu lagi" Ayumi membiarkan pria itu terlentang kalah di depan semua orang lalu pergi.

    "Sejauh apapun kau berlari, aku akan menangkapmu"

    ~2-B Cafe~

    "Ngga mungkin, masa sih?"

    "Beneran"

    Dua orang penjaga cafe yang satu berambut pirang dikuncir dua dan satunya lagi berambut hitam pendek sebahu sedang bergosip.

    Ayumi: "Maaf terlambat..." (berteriak dari kejauhan sambil berlari)

    Si pirang: "Pelayan berkharisma sudah datang, sini! sini!"

    Ayumi melambaikan tangan saat menegur temannya tadi.

    Si pirang: "Master, semuanya sudah datang" menengok ke sudut dalam Cafe

    Katsuragi: "Yosh, kalau begitu saatnya membuka Cafe" (memegang sebuah teko)

    Tergambar perasaan gugup di wajah Ayumi. Barusan dia berkata amit-amit demi Allah ngga boleh deh ketemu dengan Katsuragi lagi, namun kenapa cowok itu ada ditempat dimana Ayumi melakukan tugas sebagai pelayan Cafe kelas?

    Si rambut pendek: "Kenapa kau tiba-tiba mau membantu? padahal biasanya ngga mau ikut" memang aneh jika seorang Keima bersedia rela hati ikut andil dalam hal merepotkan seperti ini

    Katsuragi: "Keluargaku punya sebuah Kafe, aku tidak ingin kalian menyuguhkan kopi yang tidak enak" (menuangkan kopi dari poci yang dia pegang) "Nih.." dia memberikan 2 gelas kopi racikannya pada dua teman Ayumi.

    Tanpa perlu berpikir panjang mereka meneguknya perlahan, tidak ada raut ekspresi yang luar biasa awalnya, wajah mereka sangat datar. Namun setelah terasa dalam mulut, mereka berkata..
    The World God Only Knows III
    Si rambut pirang: "Bentar, kopi ini kok enak sekali!" matanya melebar

    Si rambut pendek: "Semua yang kuminum sampai sekarang mirip air comberan! kopi emas nih excella! Dengan Otamega sebagai master dan Ayumi sebagai pelayannya, Kafe kita pasti benar-benar luar biasa!"

    Katsuragi merasa tersanjung, seperti kebiasan kemudian dia membenarkan kacamatanya sambil menutup mata.

    Si rambut pirang: "Selamat datang, disini kafe 2-B.." menyeru para pejalan kaki—pelajar—agar berkunjung ke tempat dagangannya

    Katsuragi berperan sebagai ketua kafe sekarang. Dia sedang mempersiapkan minuman, ditemani Ayumi berdua saja mereka kembali berbincang.

    Ayumi: "Sudah ku katakan aku tak ingin melihat wajahmu lagi, semakin sering aku melihatmu semakin aku membencimu"

    Katsuragi: "Itu lebih baik daripada kau melupakanku"
    The World God Only Knows III
    Ayumi: *blushing* 'Apa maksudnya itu? dia seperti sedang mencoba merayuku' pikirannya terbang dalam lamunan

    Si rambut pirang : "cafe au lait" perintahnya, salah satu nama menu disana

    Ayumi: "Ada dua pesanan cafe au lait" saat dia menoleh ke belakang, Katsuragi tiba-tiba mengambil telapak tangannya dengan tatapan intens

    Katsuragi: 'Jangan beri dia waktu untuk berfikir, pertama-tama aku harus menyatakan cinta!' dia memanggil namanya "Ayumi—"

    Ayumi segera melepaskan genggamannya "Hei, apa yang ingin kau lakukan?"

    "Ayumi bagaimana pekerjaanmu?" sesosok wanita yang baru sampai, memanggilnya. Dia datang bersama Chihiro Kosaka "Lihat-lihat! seperti kafe sungguhan kan?"

    Chihiro melihat Ayumi sedang mendorong wajah Keima karena terlalu dekat

    Ayumi: "Chi-chihiro.." ucapnya, gelagapan

    Chihiro menundukan kepalanya ke bawah: "Ayumi..pakaian itu cocok sekali, ganbare" dia berlalu pergi dari kafe tersebut. Aura suram mengerubungi dirinya. Cinta segitiga memperebutkan si Keima, di awal Ayumi yang bersahabat dekat dengan Chihiro berusaha mendekatkan Keima kembali dengannya namun Keima justru sedang berfokus pada Ayumi, sang dewi terakhir. Segalanya menjadi kesalahan pahaman

    Katsuragi: "Cafe au lait selesai"

    Ayumi: (mengambil gelas pesanan untuk diantarkan ke pelanggan) "Katsuragi, jangan bicara padaku lagi" kali ini Ayumi sungguh berharap ini menjadi saat-saat terakhir dirinya berurusan dengan Keima, tak ada nada keraguan disetiap kata yang dia ucapkan

    Katsuragi: 'Sial. Apa yang terjadi pada Chihiro berdampak besar pada Ayumi'

    ~~~
  • Cerpen NaruSaku: ~Aku Tidak Sedang Bermimpi~ Fanfiction Rated M

    Fanfiction Naruto & Sakura "Aku Tidak Sedang Bermimpi" by J (Oremoe)

    Disclaimer Naruto © Masashi Kishimoto

    Naruto Sakura
    Perhatosan: Lemon, M+
    "Nee, Naruto.. ayo kita lakukan.." Sakura mencopot kancing atas kerah bajunya memperlihatkan bagian dalam, itu tidak seharusnya dibuka-buka ke khalayak ramai. Bibirnya menutup mulut Naruto yang menganga sejak 2 menit lalu.

    "Hmm~" desahan kenyamanan saat mereka berciuman

    "Hanya kau yang aku persilahkan untuk melihat ini"

    "Sakura.."

    "Mendekatlah, Naruto" dia membuka lebar kakinya sehingga Naruto sudah bisa leluasa melakukan apapun atas sang empu.
    ~~~
    Setelah peperangan selesai dan kehidupan lebih damai masih tetap dalam pimpinan Go-daime Tsunade tentunya, sesuatu yang mengejutkan di salah satu keluarga kecil hampir membuat sang ayah frustasi.

    "Kenapa tiba-tiba kau ingin seorang adik?" tanya Mebuki

    "Biar rame aja di rumah, selama ini aku selalu tidur sendirian, makan sendiri, mandi sendiri, ibu dan ayah kan selalu meninggalkan rumah. Tugas ninja sedang kosong, membosankan sekali bu" jawab Sakura.

    Dia dan kedua orang tuanya tengah makan malam bersama. Disaat seperti inilah Sakura akhirnya bisa menyampaikan permintaan, meskipun mudah untuk diucapkan tapi menghadirkan anggota keluarga baru secara ekspress serta tidak ada persiapan akan mempersulit.

    "Pokoknya 1 bulan ini ibu harus hamil!"

    "Ga mungkin, sayang. Ibu tidak bisa meminta pada Tuhan seenaknya untuk menanamkan benih janin dalam rahim ibu. Kalaupun masih bisa, perlu 1 tahun atau beberapa bulan bahkan tahunan, tidak ada yang bisa menebak kapan kau akan mendapatkan momongan" Mebuki mengelus puncak kepala Sakura, membujuk supaya dia melupakan keinginannya tersebut

    "Benar kata ibumu, kami berdua sudah terlalu tua untuk memberimu saudara. Ini aneh.." Kizashi menaikkan alisnya

    Dalam lubuk hati Sakura alasan utama dia mengharapkan memiliki adik agar dia bisa menyangkal fakta tentang Sasuke-Itachi dan Hinata-Hanabi yang sama-sama berbeda 5 tahun, dimasukkan ke dalam teori SasuHina. 'Aku juga harus punya adik, masa nasibku persis dengan Naruto menjadi anak tunggal! Biar ku buat sendiri Teori Sasusaku'

    PRAANGG.. Piring melayang bagaikan ufo baru mendarat. Sakura marah karena orang tuanya tetap bersikukuh tak bisa mengabulkan hal sederhana itu.

    "Ibu dan ayah tidak sayang sama aku, sejak dulu, iya kan?"

    "Bukannya begitu, kami sayang padamu.. tapi sungguh untuk masalah itu kami hanya bisa angkat tangan. Ganti saja dengan permintaan lain sebagai penggantinya, kau mau mobil? uang? perhiasan? atau Sasuke?" ayahnya mengetahui bahwa Sakura naksir berat pada mantan blacklist yang kini sudah kembali ke desa.

    "Memangnya kalian bisa membujuk Sasuke untuk menikah denganku?"

    BLAM. Seluruh ruangan serasa gelap. Semakin rumit saja apa yang dimau olehnya, Sakura seperti sedang ngidam.

    "Ka..kalau itu ayah juga tidak mampu, Nak. Yang lain deh.."

    "Tuh kan, jadi ngga usah banyak kompromi kalau ngga bisa nyuruh Sasuke buat ngelamar aku! Pilihannya cuma dua, seorang adik atau Sasuke. Titik" dia mendorong kursi makan ke belakang lalu melangkah pergi ke kamarnya.

    "Bagaimana ini, Bu?"

    "Kalau bukan karena aku khawatir dia akan kabur lagi dari rumah seperti saat aku membentaknya gara-gara dia tidak pulang semalaman, aku pasti akan memukulnya dengan sapu lidi!" Mebuki menahan emosi, tak banyak bicara sampai semua amarahnya tersulut dan meledak.

    Bersujud dihadapan satu-satunya anggota keluarga Uchiha yang tersisa di desa Konoha akan membuat keluarga Haruno mempermalukan diri sendiri. Mebuki dan Kizashi tak begitu dekat dengannya, anak sombong dan tidak sopan terhadap orang tua semacam Sasuke hanya akan membuat pikiran mereka tambah ruwet.

    Jalan yang diambil adalah pilihan pertama, yaitu memberi Sakura adik baru. Setelah satu malam penuh berunding, Mebuki memutuskan untuk mengangkat anak yatim piatu, hanya itu ide paling mudah serta tidak memakan banyak waktu dan tenaga.

    Mereka berdua sampai di depan pondok, bangunan tingkat dua terlihat cukup luas dan masih baru di daerah Konoha, dibangun Tsunade khusus untuk menampung anak-anak yang ditinggalkan meninggal oleh orang tua mereka saat bertugas melawan Madara dan Obito. Tidak sedikit ninja Konoha yang tumbang di tanah pertempuran, bagaimana nasib para janda serta anaknya jika tidak ada penampungan?

    "Selamat pagi, Shizune-chan" Sapa Mebuki. Dia memakai pakaian lebih feminin, lengannya kini tertutupi oleh balutan kain. Tidak seperti hari-hari biasa hanya mengenakan kaos putih oblong yang memperlihatkan otot lengannya

    "Oh, Ibunya Sakura? Ohayou gozaimasu.. sedang apa disini? Ohayou gozaimasu, Tuan Kizashi" tersenyum, membungkukkan badan

    "Bisa kita berbicara di tempat yang lebih nyaman?"

    "Tentu, Mebuki-san. Mari kita mengobrol di dalam kantor" Shizune menuntun tamunya ke sebuah ruangan di pusat gedung panti.
    ...
    "Silahkan duduk, mau di buatkan teh atau minuman?" asisten Tsunade itu merapihkan kumpulan proporsal yang menumpuk diatas mejanya untuk dipindahkan ke kolong

    "Tidak perlu repot-repot, lagipula kami berdua sedang terburu-buru dan tidak ingin mengulur waktu.." Ujar Kizashi.

    "Begitu ya. Baiklah" Shizune duduk di kursinya "Silahkan beritahu aku apa yang bisa aku bantu?"

    "Bagaimana prosedur mengadopsi anak dari panti ini?"

    "Loh bukannya kalian sudah memiliki Sakura?"

    "Betul tapi dia menginginkan seorang saudara dari kami, sayangnya beberapa tahun yang lalu Mebuki diberi peringatan oleh dokter untuk tidak mengandung lagi karena rahimnya lemah. Saat mengandung Sakura saja aku mati-matian menjaga kehamilannya supaya tidak keguguran" timpal Kizashi. Dia menggenggam telapak tangan istrinya

    "Cukup mudah. Calon pengganti orangtua hanya perlu mencari anak yang cocok dengan kriteria pilihan mereka dan jika anak itu masih memiliki ibu, kedua belah pihak mesti menyetujui dengan cara mentandatangani kesepakatan" Shizune membuka lembaran-lembaran sebuah dokumen. "Bisa dibaca dahulu syarat dan ketentuannya disini" memberikan satu kertas gulungan pada Mebuki.

    "Maksudmu kedua anak dan ibunya harus satu paket diangkat ke dalam keluarga? Wah berarti ada juga ya panti janda. Apa perlu aku nikahi dulu ibunya biar anaknya menjadi—"

    *Plak* dahi Mebuki berurat, kalimat yang dikatakan oleh Kizashi sangat jelas masuk ke dalam lubang telinganya

    "Awas kalau kau berani poligami 5 istri seperti Rhoma Irama" mengacungkan jari tengah

    "Ng-ng-ngga kok, Mah.. tadi cuma bercanda" balas Kizashi. Pipinya bengkak memerah akibat tamparan cap jari wanita yang duduk disampingnya

    Kembali melanjutkan membaca, setiap kata diperiksa olehnya secara teliti, dia berkata "Ini tidak berat dan sungguh tanpa biaya?"

    "Benar bu. Sebuah panti tidak boleh meminta uang sepeserpun dari calon pengangkat asuh karena itu sama saja seperti penjualan anak. Sudah mengerti apa yang tertulis di kontrak?"

    Mebuki mengangguk yakin.

    "Sebentar ya, akan aku cek data anak yang belum mendapatkan orangtua pengganti. Kalian bisa duduk disini atau berjalan-jalan ke sekeliling, nanti kita bertemu lagi di ruangan ini" Ketiganya bangkit dari kursi

    "Baik. Terima kasih atas bantuanmu"

    Ruangan dalam gedung panti lumayan banyak. Mebuki dan Kizashi sempat melihat kamar di kategori anak berumur 1-5 bulan.

    "Mereka sangat lucu, ya? Aku jadi teringat masa dimana Sakura belajar merangkak mengejar bebek tetangga di teras rumah" Kizashi masuk ke memorial beberapa tahun silam

    "Iya. Dia aktif sekali mirip denganku dan keras kepala turunan ayahnya"

    "Waaah, bukannya kau yang keras kepala? Aku butuh 3 kali puasa 3 kali lebaran sampai kau mau menerima ajakan kencan dariku"

    "Ya itu karena aku tidak suka denganmu, awalnya. Tapi takdir berkata lain dan aku tidak menyesal telah menikahimu, Kizashi.." Mebuki mendekatkan wajahnya, sedikit lagi bibir mereka akan bertemu tapi..

    "Woy Ibu dan Bapak Sakura..." teriakan seseorang menginterupsi adegan romantis -___-

    Mebuki mencari asal darimana suara itu, lalu terlihat bayangan hitam dari luar pintu akibat pembiasan sinar matahari, mendekati mereka.

    "Oh Naruto-chan. Kebetulan sekali kau ada disini? Sakura tidak main denganmu?" Kizashi menggaruk pelan belakang rambut star nya, dalam hati dia menggerutu 'sial sial sial. gagal total pengen ngasih france-kiss ke istri gue'

    "Ini hari minggu jadi aku tidak bertemu dengan Sakura, Pak. Palingan dia ngapel ke rumahnya Sasuke."

    "Trus kau ada keperluan apa ke panti ini?" Mebuki melanjutkan

    "Seminggu yang lalu Nenek Tsunade menyuruhku untuk pindah ke panti, maklumlah aku masih remaja tidak bisa mencari pekerjaan karena akan melanggar undang-undang tentang perlindungan Hak Anak, jadi menyudahi kontrak di rumah susun. Kemarin saja uang sewa kamar naik jadi gopek perbulan, dapet uang darimana kalau ngga ada orangtua?" ngomongnya panjang lebar sekalian curhat

    Kizashi ikut prihatin, matanya berkunang "Kau anak yang tegar, Na-ru-to, guk" tampangnya meleleh oleh air mata, hidung disedot-sedot karena ingus mulai mengucur

    Mebuki memiliki satu ide cemerlang yang terlintas di kepalanya "Ayah, sini aku mau bilang sesuatu" menarik siluet Kizashi

    "E-eh" kaget tiba-tiba dibetot, tubuhnya hampir jatuh ke samping

    Mebuki membisikkan sesuatu, Kizashi terus mengangguk-anggukan entah apa yang dibilang oleh istrinya. Beberapa menit kemudian, mereka tersenyum cemerlang pada si kuning—Naruto

    Senyuman devil "Naruto-chan, maukah kau tinggal di rumah kami sebagai anak asuh?"

    HAAAAH?! Saya dapat ide darimana ya -.-a? oke lanjut..

    "Mendadak sekali sih, tolong jelaskan lebih rinci, aku belum mengerti.." mata Saphire Naruto membulat

    "Jadi gini, kami berdua sepakat untuk menjadikan Nak Naruto sebagai anggota baru kami itu berarti kau saudaraan dengan Sakura, bagaimana?" Mebuki menatap intens, harap-harap cemas

    'Jika aku dan Sakura terikat karena status saudara itu akan membuat jurang perpisahan semakin melebar atas harapanku untuk menikah dengannya, aku... ingin Sakura menjadi wanitaku, bukan kakakku' Naruto diam, belum memberi jawaban

    "Teman Sakura yang paling kami kenal baik adalah kau. Kalau harus diberi penjelasan, malam kemarin Sakura ingin mendapatkan adik baru dalam batas waktu satu bulan. Untuk membuatnya saja perlu bermalam-malam *you know what i mean :p* dan hamilnya dihitung 9 bulan, tuuh ga mungkin banget dari abad tahun gajah sampai sekarang bisa dapat bayi dalam waktu sesingkat itu" Mebuki menepuk bahu Naruto "Kami mohon.. kau juga menginginkan kehadiran orang tua disisimu, nee? Kami bersedia menjadi orang tua terbaik tanpa mengubah posisi Hokage ke empat dan Kushina dalam hatimu,,"

    Tepat sekali, Naruto merindukan sosok kedua orang tua yang tidak dimiliki olehnya sejak kematian Minato dan Kushina saat dia masih bayi.

    "Ma-maaf, bu. sepertinya aku tidak pantas untuk menjadi anak angkat kalian.."

    Mebuki menghela nafas panjang "Kushina adalah sahabatku saat chunin dulu, kau dan Kushina tak beda jauh sifatnya sehingga aku mampu mengerti sikapmu. Tolong pikirkan sekali lagi"

    Tap tap tap.. suara langkah kaki sepatu high heels terdengar "Tuan, kami sudah mengecek semua anak. Data mereka ada dalam berkas-berkas, hanya tinggal memilih saja.. hari ini bisa langsung dibawa ke rumah.."

    "Aku bersedia menerima tawaran kalian.." potong Naruto

    Mebuki mengangkat wajahnya "Kau yakin? Ikhlas?"

    "Yup" setidaknya meskipun aku tidak menjadi orang yang dicintai oleh Sakura, aku masih tetap bisa serumah dengannya, SERUMAH <- Capslock = lebay

    "Terima kasih.. terima kasih.." keduanya bahagia mendengar hal ini

    Shizune kebingungan apa yang terjadi saat dia keliling panti asuhan?

    "Shizune-chan maaf sekali kami telah membuatmu repot, kami membatalkan mengambil anak asuh dari sini. Tidak apa-apa?" Kizashi agak canggung mengatakannya

    "Iie, tidak masalah buatku" tangannya bergoyang, menepis perkiraan

    "Arigatou~"
    ...
    Waktu telah menjelang sore. Naruto dan kedua orang tua Sakura baru sampai ke rumah setelah berjalan-jalan mengitari desa bersama sejenak, saling mengenal. Naruto mudah beradaptasi dengan siapapun, itulah kelebihan yang membuat Mebuki menyukai anak dari Sahabatnya ini.

    "Tadaima.."

    Sakura sedang membaca buku majalah di ruang tamu tapi dia bertanya heran sekaligus penasaran "apa itu cuma perasaanku saja? ara ara, tidak mungkin Naruto datang berkunjung ke rumah magrib-magrib" lalu melanjutkan kembali membuka halaman majalah berikutnya

    JRENG JRENG

    Sakura terkejut, ini bukan khayalan "NARUTO?!" dia turun dari kursi "Bagaimana kau bisa masuk padahal pintu depan rumah aku kunci?" Ya bisa lah pakai jurus xD

    "Dia adalah saudara barumu mulai dari sekarang" sahut Mebuki. Dia muncul belakangan karena Kizashi repot memarkir kendaraan di garasi

    "apa kata dunia? aku emang mau punya adik ya tapi ngga segede ini juga kali bu! dia kan teman sekelompok ku di tim tujuh"

    "Trus masalah buat gue? Haha..." <- author crazy

    "Sssstt, jangan banyak protes. Keinginanmu sudah kami wujudkan, Naruto boleh tinggal di kamar ruang tamu, besok kau bantu Naruto untuk membereskan kamar, oke?" menunjuk ke arah Sakura

    "Taptaptaptapii"

    "Tidak ada kata tapi-tapian, hah ibu dan ayah capek sekali hari ini. Kita akan istirahat dulu, makan malamnya kau beli ke warung ichiraku saja ya. Oyasumi.." Kizashi dan Mebuki menghilang ke kamar

    "Euuuhh, kenapa sih harus naruto naruto naruto, dia mirip spongebob kotak kekuningan!"

    "Oi sakura jangan meledekku, bukan aku yang memohon tapi kedua orangtuamu" Naruto menjaga gengsi, lalu kembali bertanya "Dimana kamar untukku?"

    "Tidak ada kamar untukmu!" Gadis bersurai merah muda ini masih belum dapat menerima kenyataan. Setiap hari dia pasti akan bertatap muka dengan Naruto, orang paling berisik se-Konoha

    "Hm, yasudahlah. aku bisa tidur diluar.." Naruto menunduk sedih, dia mengalah

    "Aku hanya bercanda, maaf. Jangan murung gitu dong.." Sakura menarik lengan Naruto, "Selamat datang di keluargaku" tersenyum kecil
    ...
    Hampir sebulan Naruto sudah menetap di rumah Sakura, kadang mereka bertengkar hanya karena berebut channel program di Televisi, atau mereka berlomba ke sekolah ninja hanya demi taruhan satu mangkuk ramen. Tapi Sakura menjadi lebih senang karena dia tidak sendirian lagi, sangat ingin berterima kasih pada Naruto.

    ~~~
    "Nee-chan.. ahh.."

    Disaat rumah sedang kosong, Naruto menyempatkan masuk tanpa ijin ke kamar Sakura. Dia sudah mulai terbiasa memanggil 'Kakak' padanya.

    (Kembali ke paragraf pertama)
    Naruto mencium bantal sampai basah karena air liurnya atas fantasi yang sering dialami oleh remaja, terutama anak laki-laki. Dia membayangkan sedang 'bermain' bersama Sakura, mengeluarkan desahan-desahan cukup keras terdengar.

    "Nee-chaan.." mengocok benda miliknya dengan satu kain, aku dapat informasi bahwa banyak cowok smp atau sma di Jepang yang melakukan masturbasi dengan cara ini, ngga boleh ditiru ya, cuma ngasih tau biar ngga dilakuin T_T

    Kleekkk, pintu kayu terbuka, si pemilik asli kamar datang tiba-tiba.

    Keduanya kaget, yang satu tengah duduk lemas dan satunya lagi berdiri keheranan.

    "Sedang apa kau berada di kamarku?" Tanya Sakura sedikit menaikkan volume suaranya

    Naruto kebingungan, shit! padahal dia sudah melakukan ini beberapa kali sebelumnya tapi hari ini rencananya gagal dan tertangkap basah.

    "Owh, kau tak memakai celana? wah itu kan pakaian dalamku!" Sakura merebut celana dalam yang berwarna hijau dan ada pita di depannya "Iwww, lengket. Cairan apa sih ini?" di kain itu ada sesuatu yang cukup menjijikan bagi yang belum tau, kemudian Sakura menekan bagian tertentu tubuh Naruto "Hey, juniormu berdiri tegak! asik ngga diginiin" memainkannya dengan ibu jari kaki, sedikit ditekan-tekan tapi karena milik Naruto sudah mengeras (?) jadi Sakura agak susah menundukkannya ke bawah

    "Sakura, maaf.. kalau begitu jangan bicarakan masalah ini lagi, aku akan pergi keluar sekara—"

    "Mau coba-coba kabur ha? Diam kau disini" Sakura melangkah ke dekat laci, mengambil kain panjang lalu diikatkan di tangan Naruto

    "Jangan hukum aku, Sakura. Gomen, houtouni gomen~" Naruto memelas, tangan, kaki dan benda berdiri itu telah dikunci dengan kain

    "Bukankah ini yang kau mau?" Tanya Sakura. Dia ingin mengerjai Naruto kala itu. "Haha, nee bagaimana rasanya kalau ini aku tekan dengan paksa?"

    "A-ah-ah, sakit.."
    Narusaku Fanfic
    "Ouch, aku suka melihat wajah kasihan yang tampak dalam dirimu.." Sakura mendorong Naruto sampai terjungkal diatas ranjang. Dia naik ke atas tubuh Naruto namun berbeda arah, seperti angka 6 dan 9, ngerti ngga? yang ngga ngerti acungkan tangan di perempatan jalan xD

    "Jangan lakukan itu, nanti berbahaya.." Naruto menahan agar Sakura berhenti dalam permainannya

    Namun orang yang dinasihati malah semakin membara, terbawa emosi "Enak kan aku gerak-gerakkan juniormu" dia sesekali menjilat bagian ujungnya

    *aku ga punya ide mesti lanjutin apa dari sini karena aku cewek, jadi jangan bilang aku sok tau haha*

    Naruto menggigit bibir bawahnya, hidungnya tertutupi oleh belahan paha Sakura yang tepat menindih wajahnya "Sejak kapan Sakura menjadi basah"

    "Hum, manis.. kau juga harus lakukan yang sama padaku.. Jilat bagianku, Naruto-kun" suruh Sakura

    "Dame da yo, kita ini adalah saudara.."

    Sakura menyetop kegiatannya sementara, "tepatnya saudara tiri" dia membuka celana dalam putihnya, terlihat bagian dalam rok yang belum pernah sekalipun Naruto bayangkan akan memiliki kesempatan untuk menyaksikan secara langsung "Kau menjadi lebih mengeras tak seperti tadi"

    "Hentikan, nee-chan.."

    "Kehangatan apa yang akan terjadi, ya?" dia berputar, lalu memasukkan benda itu ke dalam miliknya "A-aaargh, susah"

    Naruto pun ikut berteriak, tangannya ingin sekali menggengam telapak tangan Sakura tapi sulit karena terikat. Perlahan-lahan keduanya menyatu, Sakura memposisikan tubuhnya diatas senyaman mungkin meskipun rada nyeri kesemutan di bagian selangkangannya.

    "Sakura.."

    "Aku akan membuatmu merasa nyaman.. kau cukup menonton" dia mulai menggerakkan pinggulnya ke atas ke bawah, lalu bercak darah mengalir.

    "Maafkan aku, aku tidak bermaksud untuk melakukan ini denganmu. Dan aku tidak tahu ternyata ini pertama kalinya bagimu.." Naruto membuang pandangannya ke samping, dia merasa bersalah beribu-ribu maaf telah dia ucapkan.

    Sakura melihat juga ke dalam pahanya, matanya membulat penuh kemudian tubuhnya ambruk menindih Naruto "Kita tidak bisa berhenti sekarang.. kau tidak sedang tidur.." tampak dari raut wajahnya dia meringis, sambil memeluk erat tubuh Naruto, Sakura kembali menggoyangkan tubuhnya.

    Naruto terpancing, seakan dia diberi pangestu oleh Sakura. Kepalanya sedikit mengangkat, mencoba mengambil bibir Sakura untuk dia emut. Si gadis membalas ciumannya, membuka mulut dan mempersilahkan lidah Naruto mengulum miliknya

    "Naruto, motto motto.."

    Kaos yang dia pakai disibakkan ke atas, dadanya sudah tidak tertutupi. Naruto blushing, pemandangan dihadapannya kini terlalu indah untuk dijeda. Sakura menarik tali kain yang meringkus lengan adiknya itu, lalu Naruto bebas memainkan bundaran kembar miliknya

    "Oh my, kau ahli sekali! Ippai, ippai.."

    "Ah, sakura.. aku, aku, aku akan keluar sekarang" cara bicaranya gelagapan akibat guncangan efek gerakan Sakura

    "Sudah mau keluar? aku juga.. berikan semua yang kau miliki padaku"

    Naruto tertegun lalu keduanya terlentang tak berdaya.

    'Bagaimana ini bisa terjadi, apa yang harus kulakukan seandainya kami berdua terlilit masalah antara keluarga dan apa yang telah kami perbuat tadi?'

    "Kenapa Naruto-kun, kau melamun?" sakura memeluknya erat, tidak seperti biasanya dia nempel kayak perangko ke si kuning

    "Aku pikir kita tidak bisa bersaudara lagi, sakura.. perbuatan ini telah menghancurkan semuanya" dia mengelus pipi gadis pujaannya itu secara lembut

    "Jadi kau mau pergi dari keluargaku?"

    "Bukan begitu. Bolehkan aku bertanya sesuatu?"

    "Hem, jangan lupa beri aku alasan pasti mengapa kau tidak mau menjadi adikku lagi" Sakura mencubit batang hidung Naruto

    "Kau mau menikah denganku?"

    Sakura memerah padam, Naruto spontan sekali! "aku..."

    "Aku ingin bertanggung jawab atas kejadian ini. Setelah menjadi hokage, aku akan meminangmu.. Bagaimana jawabanmu?"

    3 kali mengiyakan dengan anggukan, sakura akhirnya menerima confession dari Naruto.

    Pesta pernikahan dilangsungkan di bulan april tanggal 1, beberapa hari setelah Sakura berulang tahun di musim semi.
    Sakura Naruto Wedding
    THE END

  • Cerpen: ~Happy SasuHina Month~ Fanfic Indonesia

    Sasuke & Hinata Fanfiction "Red Velvet" by pororo90

    Disclaimer Naruto © Masashi Kishimoto

    Happy sasuhina month

    J : "Arigatou gozaimasu untuk Author \(≥ῳ≤)/"
    Itadakimasu~

    [Hutan terlarang,
    Sebelah barat Desa Konoha.
    2mil dari lokasi Ujian Chunnin.]

    "Ckck, anakmu sungguh merepotkan,"

    "Hn. Aku sudah menduganya"

    "Dia itu menyebalkan, Teme.. Kenapa sih, dia tidak mirip sedikitpun dengan Hinata?"

    Sasuke memberikan deathglare pada sahabat kuningnya, yang hanya dibalas cengiran lebar.

    "Ayah," anak lelaki berusia sebelas tahun memandang muka Sasuke,

    "Hn,"

    "Jangan menggosipkanku,"

    Pletak!

    BOFFFF..

    "Sial, kagebunshin!" Naruto ternganga, betapa mudah mereka dikelabui oleh anak berusia sebelas tahun.

    "Aku sudah tahu anak itu tidak berada di sini." Gumam Sasuke.

    "Dimana?!"

    "Tsk! Dimana lagi?! Ia pasti menyusul ibunya," ujar Shika memutar matanya bosan.

    "Di Suna?! Ya Tuhaaannn, yang benar saja. Tapi ini masih dalam masa ujian Chunnin. Bagaimana kalau anakmu tidak lulus? Lagipula bagaimana kau bisa membiarkan anak sebelas tahun menuju Suna seorang diri?!"

    "Kau terdengar seperti kakek-kakek, Naruto" cibir Sasuke.

    "Dia masih sebelas tahun, Teme"

    "Aku memutuskan keluar dari Konoha pada umur tiga belas, jadi apanya yang istimewa?"

    "Tch, merepotkan. Susul saja anakmu sendiri, aku tidak mau ikut campur urusan keluarga,"

    "Shika-" Naruto ingin protes, "Hei, Sasu, sebagai Kapten ANBU kau kuperintahkan—"

    PLETAKKK!

    "Ouch, sakit Teme, beraninya kau melawan Hokagemu—"

    "Berhentilah membual Dobe, aku takkan bisa ke sana,"

    "Kau ini kenapa sih?!"

    "Kau tidak ingat perjanjian lama?" Shika angkat bicara, berusaha mengingatkan sang Hokage.

    "Aaaahhhh, kenapa jadi begini? Salah sendiri kenapa kau melarikan calon istri Kazekage—"

    PLETAKKK!

    "Dia istriku sekarang, Baka!" ‾ƪ( ‾ ⌣ ‾ ) Yang ngucapin ini Sasuke

    Naruto mengusap lagi kepalanya, kenapa sih hari ini ia banyak di jitak? Gara-gara insiden hilangnya Kyosuke Uchiha ketika ujian chunnin berlangsung semua jadi repot begini. Bahkan Sakura memberikan tonjokan karena ia lalai menjaga keponakan kesayangannya. Sial!

    "Biar bagaimanapun, Hinata masih heiress Hyuuga. Dan dia adalah ketua Dewan Perdamaian Konoha," ujar Shikamaru lagi.

    Naruto menganggukan kepalanya, namun ia merasa ada yang janggal, "Lalu kenapa anakmu sampai kabur segala?"

    "Kami bertengkar.."

    "Kekanakkan, sebagai seorang ayah, harusnya kau tidak menggunakan anakmu untuk alasan apapun.." Shika, dengan tampang bosan mengomentari ketua ANBU yang kerap merepotkan dirinya.

    "Hey?! Sebenarnya kalian berkata apa?!"

    Shika memandang wajah Hokagenya, memutar mata bosan.

    "Kenapa bisa kalian bertengkar, aku tahu kau dan anakmu tidak akur.."

    "Karena aku memakan semua masakan yang ditinggalkan Hinata,"

    "Anak itu pasti merengek supaya ibunya kembali dan menghadiahi jyuuken kepadamu.." tebak Shika sambil mengorek kupingnya malas.

    Senyum Sasuke mengembang,

    "Licik sekali—"

    "Kau akan berbuat yang sama jika di posisiku, Shikamaru."

    "Tidak ku sangka kau secemburu itu pada Gaara.."

    "Arrrgggghhhhh, kalian bicara apa sih?! Kenapa hanya aku yang nggak mengerti.." Naruto mengacak rambutnya frustasi.

    Sasuke dan Shikamaru hanya tersenyum menghadapi tingkah Hokagenya,

    "Karena dia melihat Hinata seperti aku melihat Hinata.."

    "Eh—" Naruto cukup terkejut melihat sikap frontal sahabatnya,

    "Sayangnya, aku lebih beruntung, karena berhasil mendapatkannya.."

    .

    .

    Konoha 12 tahun yang lalu—

    I've run, and run after you my whole live
    And I'm still running after you
    But when this war is over
    I'm going stop running
    -Hinata Hyuuga-

    Sasuke POV.

    Ya, dia berjanji untuk berhenti mengejar si Bodoh itu setelah perang usai. Tapi, tidak kusangka ia malah menerima takdirnya sebagai Hyuuga. Sial! Dia benar-benar menjalankan perannya sebagai seorang heiress. Apa-apaan ini? Menerima undangan Gaara untuk makan malam bersama setelah pesta kembang api selesai, dia ingin kuculik? Sial, mendengar kabarnya saja membuatku gila!

    "Berhenti!"

    Sasuke menghentikan langkahnya, memberikan deathglare pada pengawal pintu kediaman utama Souke Hyuuga.

    "Aku ingin bertemu dengan Hinata."

    "Cih, lancang sekali mulutmu memanggil Hyuuga-sama dengan nama depan!"

    "Kau—" suaraku tercekat, sial protocol Hyuuga, kenapa ada protocol yang menyebalkan semacam ini.

    "Nii-san?!"

    Aku hafal suara ini, rupanya Hanabi sedang melintas di depan pintu.

    "Hn."

    "Ingin bertemu dengan kakakku?"

    "Hn."

    "Waahhh sayang sekali ya, soalnya Nee-chan sedang ada rapat dengan tetua. Mungkin kau bisa kembali lain kali.." wajahnya mengejek. Tch! Aku benci gadis ini. Ia seperti jelmaan Neji.

    Aku mendengus, kenapa sulit sekali untuk bertemu dengannya. Apa dia memang sengaja menghindariku? Setelah kejadian festival kembang api setahun yang lalu, tampaknya ia berusaha menghindariku. Ada apa sebenarnya?

    (Flasback on-)

    Mencium Hinata Hyuuga adalah suatu kenekatan dan juga pelampiasan rasa frustasiku. Bagaimana tidak? Aku begitu mencintainya, itu salah satu alasan untukku tetap tinggal di Konoha. Melihat Hinata memakai kimono dengan lambang kipas di punggungnya adalah impianku sejak masih anak-anak. Sayangnya aku dan dia bukan tipe orang yang mudah bergaul. Kalau bukan karena bantuan Naruto, mungkin selamanya kami akan menjadi orang asing.

    Bermula dari sore di Ichiraku, Naruto tanpa sengaja menumpahkan ramen di pangkuan Hinata. Sehingga ia harus kembali ke rumahnya untuk berganti baju. Yang entah mengapa aku justru menawarkan kimono yang sedang ku bawa. Ya, aku baru saja menjahitkan kimono perempuan berwarna biru muda dengan lambang Uchiha di punggungnya. Bukan apa-apa, tapi aku seolah tahu ini terjadi, atau lebih tepatnya, aku merencanakannya.

    Hmm, memang agak licik, menggunakan Naruto untuk hal ini. Tapi jika cara ini tidak mempan, aku berencana menggunakan genjutsu kepadanya. Tidak ku sangka ia bersedia memakai kimono itu. Malam harinya semua rookie delapan melihat kembang api bersama, karena terhanyut perasaan aku dan Hinata jadi bicara panjang lebar. Intinya aku dan dia sama. Kami adalah orang terasing selalu berusaha melakukan yang terbaik untuk klan. Aku mengerti perasaanya ketika ia kehilangan Neji, dan ia mengerti perasaanku ketika kehilangan Itachi lagi. Kami adalah orang-orang yang kesepian. Tapi Hinata lebih rapi menyembunyikan perasaanya. Dan tanpa sadar, tanganku bergerak sendiri, menjangkaunya, memeluknya. Semua yang terjadi malam itu terasa benar, dia dalam dekapanku.

    Aku tidak mengerti kenapa aku senekat itu, di depan teman-teman yang memandang kami dengan wajah tercengang aku baru sadar kalau aku telah menciumnya, di bawah langit Konoha yang penuh warna kembang api, di atas jembatan terasa menakjubkan sebelum tangan halusnya menghadiahkan sebuah tamparan yang terasa menyakitkan. Menyakitkan karena aku baru saja kembali ke dunia nyata di mana aku dan Hinata menjadi orang asing lagi.

    "Ke-kenapa?" dia menatapku tidak percaya,

    Aku tahu, bahwa aku tidak bisa menjawab pertanyaanya. Setidaknya tidak saat aku bersama gerombolan yang suka ikut campur urusan orang lain. Jadi aku memutuskan menggunakan jutsu dan berteleportasi sehingga membawanya ke tempat lain.

    Mansion Uchiha,

    Bukannya aku mau pamer kepadanya kalau aku masih punya banyak warisan dan masih pantas memilikinya, tapi, aku memang ingin membawanya ke sana. Ketika aku dan dia bertemu pertama kali.

    "U-uchiha-san, ke-kenapa kau la-kukan ini padaku?" suaranya lirih, menuntut penjelasan.

    "Kau akan terus-menerus memanggilku Uchiha meski kau itu tunanganku?"

    Hinata terhenyak, aku menyukai keterkejutannya,

    "Sa-suke-san.." untuk pertama kalinya ia berani menatap wajahku,

    "Tapi Hyuuga sudah—"

    "Karena tragedy Uchiha, kalian memutuskan pertunangan." Tukasku cepat.

    "Itu..itu.." Hinata terlihat bingung, suaranya hilang entah kemana. Hanya ada keheningan diantara kami.

    "Kau, tidak mengerti betapa sakitnya aku, Hyuuga." Desisku.

    Dia menunduk, sebutir air mata jatuh. Aku melihatnya, tapi berpura-pura tidak merasakan apapun.

    "Gomenasai," ujarnya bergetar. Wajahnya masih menunduk, "Untuk kesalahan Klanku.." tidak ada suara terbata, tidak ada rasa gugup. Yang dihadapanku sekarang 'bukan' Hyuuga Hinata yang mengejar Naruto. Dia, yang ada di hadapanku sekarang adalah Hyuuga Hinata yang dulu pernah menjadi tunanganku. "Kembalilah, maka hutang kalian akan kuanggap lunas.."aku merengkuhnya dalam dekapan hangat, di depan pintu utama mansion Uchiha.

    Dalam dekapan itu, Hinata bergumam, "Protokol Hyuuga takkan mengizinkan aku bersamamu."

    "Karena itu kau mengejar-ngejar Naruto? Karena apa yang dibuang Hyuuga, tak boleh diambil kembali." Aku benci mengakui kalau tebakanku benar.

    Anggukan kepalanya justru membuat hatiku sakit.

    "Aku seorang Heiress Sasuke-san. Dan takdirku adalah menganut aturan Hyuuga.." dia melepaskan pelukannya. Menatap wajahku sekilas, lalu dengan tenang menjauh perlahan-lahan.

    Tanpa terasa, ia selalu meninggalkanku. Selangkah di depanku. Apakah aku harus mengejarnya?

    (Flash back off-)

    .

    Nyatanya, katika ia pergi kakiku masih terpaku di sana. Membiarkan ia menjadi apa yang ia inginkan. Sedikit banyak kematian Neji membuat dia menerima takdirnya sebagai Hyuuga, sebagai seorang pewaris. Dan aku, yang berusaha mengimbangi langkahnya, memilih untuk menerima jabatan Kapten ANBU. Aku, harus punya sesuatu untuk membuatnya berpaling kepadaku. Kelihatannya menjadi pelindung Konoha bisa meredam kesalahanku di masa lalu.

    Sialnya ternyata pekerjaanku justru menghambatku bertemu Hinata. Setelah menerima jabatan sebagai Heiress, ia bukan lagi shinobi. Ia adalah ketua Klan Hyuuga. Ia seorang yang disegani. Dan aku justru harus bertugas tanpa kenal waktu. Menemuinya adalah harapanku satu-satunya. Aku menunggu hari yang tepat. Dan kurasa, ide melamar Hyuuga pada saat festival kembang api tahun ini tidaklah buruk. Aku bahkan memesan sebuah kimono ungu dengan obi putih yang cantik untuknya. Dengan lambang kipas yang mencolok di bagian punggung. Membayangkan dia memakainya saja sungguh membuat hatiku menghangat.

    Lebih sial lagi, aku tertahan oleh protocol Hyuuga. Aku tidak bisa menemuinya sama sekali. Aku segera menyelesaikan misi dan bergegas ke kediaman Hyuuga, tanpa melapor pada Hokage. Aku ingin menemuinya, dan membuat janji dengannya. Setidaknya ia harus berada di sisiku sebelum orang lain memintanya untuk datang bersama. Lalu semua terasa sia-sia. Aku diusir oleh penjaga pintu. Sungguh aku ingin membakar orang itu dengan amaterasu, tapi membuat masalah hanya akan menjatuhkanku dihadapan Hinata. Aku tidak mau merusak track record yang sudah mulai membaik. Aku hanya ingin menjadi pantas di hadapannya.

    Sementara itu, di tempat berbeda—

    Rombongan Kazekage telah tiba di Konoha dengan selamat. Sang Kazekage ke-empat, sahabat Naruto terlihat bahagia dan dewasa setelah dua tahun tak bersua.

    "Bagaimana perjalananmu," Naruto memberikan senyum terbaik untuk menyambut sahabatnya,

    Gaara, dengan wajahnya yang datar hanya menyahut, "Hm, semua lancar. Apakah, kau menyiapkan apa yang aku minta?"

    "Eh—" Naruto menggaruk pipinya, salahkan keahliannya yang demen nongkrong di Ichiraku daripada meneliti surat gulungan dari Suna.

    "Hyuuga Hinata, kau janji akan memperkenalkan aku pada kunoichi hebat seperti dia.."

    "Hehehe—" Naru tertawa kikuk, bagaimana harus menjelaskan ke Gaara kalau Hinata juga ditaksir oleh sahabatnya yang lain? "Ano, sekarang hinata sudah mundur menjadi kunoichi. Kini ia sudah diangkat menjadi ketua Klan Hyuuga, kau tahu kan dia agak sibuk, jadi—"

    "Oh, begitu," Gaara memotong, "Kelihatannya dia berubah sesuai yang kuinginkan.."

    "Apa?!" Naruto melongo. Masih tidak mengerti kemana Gaara akan memberinya kejutan.

    "Selama ini maaf sudah menyembunyikannya padamu. Aku mengirimkan surat lamaran pada Klan Hyuuga setahun yang lalu. Tapi dengan syarat, Hyuuga harus menetapkan dulu Hinata sebagai ketua. Dan aku juga mengajukan syarat Hinata mundur dari dunia ninja.."

    "Hei—"

    "Kupikir, tidak baik kalau calon istri Kazekage tidak memiliki jabatan apapun. Yah, aku lebih suka kalau Hinata hanya akan mengurus rumah tangga dan juga menjadi penasehat untuk seorang Kazekage," potong Gaara lagi.

    Naruto menjambak rambutnya. Pikirannya kacau, bagaimana menjelaskan ini pada Sasuke?!

    [RED VELVET]

    Hyuuga Hinata tampak memukau memakai kimono sutra berwarna merah marun yang dikirimkan Gaara. Tapi di mata Sasuke, itu seperti undangan kematian. Seperti banteng yang siap menubruk Hinata dengan kemarahan. Siapa yang tidak marah jikalau kekasihmu justru memakai pemberian pria lain dan gadis yang kau cintai justru menghabiskan malam festival kembang apinya bukan denganmu!. Demi Tuhan! Sungguh..! Sasuke hanya ingin menculiik Hinata dari samping Gaara.

    Hatinya kian panas ketika Gaara tiba-tiba berkata,

    "Hyuuga Hinata akan segera menikah denganku.." bangga memperkenalkan hubungannya dengan Hinata di depan para rookie 12.

    JLEB!

    .

    Seakan kusanagi yang disarungkan Sasuke tiba-tiba bergerak sendiri dan menembus jantungnya. Terasa sakit dan menyesakkan.

    Hyuuga Hinata terlihat membungkuk sebentar, "Maaf, karena menyembunyikannya dari kalian."

    "Dan apakah arti pelukan dan permintaan maafmu setahun kemarin, Hyuuga!" Batin Sasuke frustasi.

    Sasuke masih diam, sementara para teman mengucapkan selamat. Dan bagi Sasuke, perkataan Hinata seperti perintah untuk mati.

    "Aku berencana meminang Hyuuga dua bulan lagi. Karena banyak persiapan yang perlu dimantapkan, aku harus segera kembali. Aku berharap ninja terbaik Konoha bisa mengantarkan calon istriku ke Suna dengan selamat tanpa tergores.." entah mengapa suara Gaara yang biasanya terdengar bersahabat jadi terdengar menjengkelkan bagi Sasuke.

    Sasuke tidak ingin tenggelam dalam kebencian sekali lagi, oleh karena itu ia melangkah untuk menjauhi mereka berdua. Sementara itu, Hinata memandang punggung Sasuke dengan menahan gejolak air mata yang ingin tumpah. "Gomenne, Sasuke..-kun" batinnya nelangsa.

    "Hei, Uchiha.." panggil Gaara kemudian.

    Sasuke berhenti, tapi enggan untuk berbalik.

    "Kaulah yang kutunjuk untuk mengantarkan calon istriku."

    Ahhh, musibah apa lagi ini?!

    [RED VELVET]

    Sasuke POV.

    Setelah kejadian itu. Segalanya berubah. Hinata selalu menolak kutemui. Kupikir, memang sudah tidak ada harapan lagi. Mungkin, aku harus menghilang untuk waktu yang lama. Dan aku mempertimbangkan untuk pergi jauh dari Konoha.

    Namun, sebagai kapten ANBU, aku tidak bisa melepaskan jabatanku dengan predikat buruk dan memperpanjang daftar hitamku. Jadi meski hatiku sakit, aku harus menyelesaikan misi terakhirku. Ya, aku harus mengantar Hinata ke Suna. Setelah itu, mungin aku akan mengajukan surat pengunduran diri. Untuk apa jadi pahlawan jika ia tetap tidak bisa menerimaku.

    Di hutan barat Konoha, tiba-tiba kami diserang gerombolan perampok. Bukan lawan yang sebanding denganku sebenarnya. Aku berniat untuk main-main dengan mereka. Mungkin juga menghambat waktuku agar bersama Hinata lebih lama lagi. Sialnya, Hinata terlalu menarik perhatian dengan pakaian sutra berwarna merah pemberian dari Gaara. Kami agak kawalahan karena Hinata sudah lama tidak berlatih. Aku sangsi apakah ia masih mengingat jutsu-jutsu setelah dua tahun mengundurkan diri dari dunia ninja.

    BETSSS!

    Punggung Hinata terkena sabetan samurai.

    Sontak mataku melebar. Ada rasa benci yang tiba-tiba menguar.

    Hinata ambruk ke tanah. Punggungnya berdarah. Aku segera menghampirinya. Tch! Sial, mereka dari negeri kabut, jadi aku mungkin terganggu dengan pengalih perhatian ini. "Hinata.." panggilku. Dia tak bergerak. Tapi masih bernafas.

    Amarah menguasai diriku.

    "AMATERASU!" api hitam melalap mereka semua dalam kepekatan. "Mati kalian semua!" desisku penuh amarah.

    Aku tahu, dan aku sadar.

    Kalau aku tak bisa melepaskan gadis ini. Tidak! Tidak akan pernah!

    Hinata mulai sadar, sosok pemuda raven itu tidur sambil bersandar pada batu di seberangnya. Ia tersenyum, mengingat Sasuke yang berjuang untuknya. Apakah dia begitu berharga hingga Sasuke semarah itu? Ia tersenyum pahit. Ia belum pantas untuk menjadi pendamping Sasuke. Dia masih menjadi gadis yang tidak berguna untuk Konoha. Dan takkan bisa menjadi yang terbaik untuk lelaki itu. Menyadari hatinya yang terasa nyeri membayangkan berpisah dari Sasuke, Hinata memutuskan untuk segera menyudahi perasaannya. Ia ingin segera bertemu Gaara dan membuat Sasuke kembali ke Konoha.

    Dengan langkah tertatih ia menghampiri Sasuke. "Sasuke-san,"

    Mata Sasuke terbuka. Menampakkan iris serupa malam kelam. Hitam pekat, namun selalu memukau. Hinata memalingkan muka. Takut terjerumus pada lubang hitam mata Sasuke.

    Sayangnya Sasuke membaca semua itu dengan perasaan kalut. Ia merasa Hinata tak ingin melihatnya.

    "Ayo kita lanjutkan perjalanan.."

    "Tapi kau masih belum pulih Hinata,"

    "Kazekage-sama menunggu kita.."

    Hinata berbalik. Tidak menyadari kilatan amarah mata Sasuke.

    GREB!

    Sasuke merengkuh tubuh Hinata dari belakang. Ia hanya ingin waktu berhenti untuk mereka. Tak bisakah? Tak bisakah mereka bersatu kali ini? Di kehidupan ini? Meski ia sudah menjadi pahlawan untuk desanya, meskipun Hinata sudah menyerah dan melepaskan bayangan Naruto. Meski kini Hinata rela menjadi hanya Hinata si Hyuuga. Bukan sebagai kunoichi yang melindungi desa.

    "Bisakah Hinata, bisakah kau melepaskan 'tahta' untukku?!" suara Sasuke lirih dan hampir ditelan hujan di luar sana. Serak, dan penuh rasa frustasi. Hinata mendengar kata-kata itu melukai hatinya, telinganya bahkan turut merasa sakit mendengar kata yang mirip bisikan itu.

    Hinata masih diam, tapi air mata mendobrak ingin keluar dari matanya. Ia masih berada dalam dekapan Sasuke. Rasa hangat di punggungnya lebih terasa daripada rasa sakit akibat sayatan samurai kemarin.

    "Katakan Hinata, apakah kau sudah melupakan janjimu untuk membayar hutang Hyuuga padaku?!" terdengar geraman Sasuke di telinga HInata.

    Ia tahu pemuda itu marah, dan benci pada situasi ini.

    "Aku tahu, Sasuke-san. Ku pikir seberapa jauh aku mencoba. Aku akan tetap mengejarnya. Mengejar Naruto." Suara Hinata lirih, tapi Sasuke dapat mendengarnya dengan jelas seperti sekarang. Saat jarak tidak ada lagi, dan ia mendekap tubuh mungil itu dalam pelukannya, meski hanya punggung Hinata yang menempel di dadanya.

    "…"

    "Aku mengejarnya, berada di sampingnya sebagai warga Konoha yang taat. Aku bersamanya bukan sebagai kekasih, namun lebih kepada seorang warga negara yang memberikan pengabdian kepada Hokage-ku."

    Itu bukan kalimat yang diinginkan Sasuke, tapi pemuda raven itu tak bisa menahan hasratnya untuk tersenyum. Meski ia tahu, Hinata tak kan mengetahuinya.

    "Kau tidak tahu betapa bahagianya aku, ketika kau mau melepaskan Naruto bersama Sakura. Aku begitu senang hingga tanpa sadar menciummu di depan semua orang. Mengabaikan tatapan orang-orang yang mungkin membuatku malu. Mengabaikan gossip yang mungkin akan berkembang. Kupikir, saat yang tepat menagih janjimu adalah di saat kau pernah berjanji untuk mengobati rasa sakitku.."

    "Festival kembang api?"

    "Ya!" Sasuke menaikkan nada bicaranya, "Tapi kau justru sibuk dengan Kazekage itu, kau tidak tahu betapa aku ingin menculikmu dari sana. Aku bahkan sudah siap mengirim pemuda merah itu ke dimensi hampa. Tapi aku tidak ingin merusak reputasiku lagi. Dan seamunya yang kulakukan DEMI KAU!"

    Hinata membiarkan air mata kebahagiaan lolos dari matanya. Sasuke menyadari itu dan membalik tubuh orang yang dikasihinya. Mereka berhadapan. Mata bertemu mata.

    "Protokol Hyuuga membuatku muak! Bisakah kau hanya menjadi Hinata? Bisakah kau lepaskan gelarmu sebagai pewaris Hyuuga. Bisakah kau lepas gelarmu sebagai tunangan Kazekage? Dan bisakah—" Sasuke menahan perkataannya sebentar, "Kau hanya menjadi milik Kapten ANBU ini? Menjadi milik Uchiha Sasuke.." suaranya berubah mengecil. Ada rasa sakit yang ditahannya, "Tolong, jangan pergi kepadanya. Jangan pergi pada yang lain."

    Hinata bergerak maju perlahan. Memeluk pemuda itu dengan tangannya yang mungil. Seolah dengan pelukan, segala rasa sakit itu menguap. Sementara air mata masih mengalir di pipinya.

    "Aku seorang heiress, Sasuke. Itulah takdirku," gumamnya.

    Hati Sasuke terasa diremas. Tidak cukupkah ia merendahkan harga dirinya demi wanita di hadapannya ini. Seorang Uchiha tak pernah memohon. Tapi di hadapan Hinata ia selalu dibuat memohon berulang kali.

    "Kenapa kau harus memilih datang kepada Gaara. Kenapa kau tidak pernah datang kepadaku? Katakan, Hinata. Kenapa kau tidak memilihku?!"

    Kehampaan ini merasuki keduanya. Kenapa ketika Sasuke mengatakan hal itu, hati Hinata merasa sakit. Apakah selama ini ia mencintai Sasuke?

    "Apakah karena aku hanya seorang Uchiha dan bukan Hokage ataupun Kazekage?" suara rendah Sasuke mengiris batin Hinata, "Apakah karena aku bukan jinchurikii—"

    Perkataan Sasuke terhenti saat ia merasakan pelukan Hinata yang mengerat. Gadis itu menangis sesengukan di dadanya, "Justru karena aku mencintaimu maka aku berusaha menjadi setara untukmu Sasuke-san.."

    Sasuke membiarkan gadis itu meluapkan apa yang dirasakannya.

    "Kau sudah terlalu banyak berkorban pada Konoha. Dan aku, belum bisa memberikan apa pun untuk Konoha. Tapi kau, kau mengorbankan seluruh klanmu, mengorbankan harga dirimu untuk kembali pada Konoha. Kau begitu mencintai Konoha, dan aku malu, karena hanya bisa mengejar Naruto tanpa bisa berkorban untuk Konoha.."

    Sasuke merasakan gelenyar hangat hinggap di hatinya. Jadi hinata pun merasa tidak pantas untuknya.

    "Yang kucintai adalah kau," bisik Sasuke.

    "Eh—"

    "Karena kau berada di Konoha, aku jadi punya alasan untuk kembali.."

    Hinata memandang lekat mata oniks pemuda Uchiha itu.

    "Karena kau, adalah memori yang tersisa dari klanku.." wajah Sasuke mendekat, mengamati setiap inci dari wajah rupawan Hyuuga Hinata.

    "Warisan terakhir yang di tinggalkan Uchiha, yaitu pertunangan dua klan yang bersebrangan.."

    Dan sebuah kecupan mendarat pada bibir merekah milik Hyuuga Hinata.

    Adalah sebuah dosa, melarikan calon istri orang lain. Tapi sasuke, rela menanggung dosa itu. Jika itu memang bisa membuatnya memiliki Hinata.

    [RED VELVET]

    Kembali ke masa sekarang.

    Ruang kerja Kazekage.

    Hinata dan Gaara saling berpandangan. Sejenak suasana masih terasa canggung. Apalagi setelah kejadian dua belas tahun yang lalu.

    "Aku tidak menyangka kalau kau akan menggantikan posisi Shikamaru untuk menjadi dewan kedamaian Konoha.."

    Hinata menyunggingkan senyum tulus yang masih terasa hangat, "Begitulah, kuharap Kazekage-sama tidak merasa terganggu karena hal itu.."

    Gaara tersenyum, "Memangnya apa yang harus ku harapkan dari mantan tunanganku yang lari dengan kapten ANBU. Haaaahhhh, gara-gara dirimu aku harus berselisih dengan Naruto dan membuat perjanjian konyol untuk mengharamkan (xD) Uchiha masuk ke wilayah Suna." Desah Gaara.

    Hinata tertawa, "Gomenne.."

    "Kau juga Uchiha, mengapa mereka malah mengirimmu?"

    Pertanyaan Gaara membuat Hinata tersenyum sedih, "Sejujurnya, meski aku menikah dengan Sasuke, aku belum bisa melepas marga Hyuuga-ku karena—" Hinata menarik nafas sebentar, "Hyuuga menuntutku untuk mendapatkan maaf dari Suna. Tetua Hyuuga berusaha menarik hati Hokage. Anda pasti mengerti,"

    "Oh," respon Gaara, namun dari sudut matanya sang Kazekage itu tampak prihatin. "Sudah kubilang kalau aku sudah memaafkanmu, Hyuuga-san.."

    "Tanpa gulungan resmi dan penghapusan traktat Konoha-Suna, kata maaf Anda terdengar tidak tulus," suara Hinata masih halus, namun terasa penuh jebakan.

    "Ya ampun.. kau terdengar seperti ahli berunding, Hinata."

    Hinata tersenyum lebih lebar, ia tidak menyangka Gaara sudah tidak menganggapnya asing lagi. Baru beberapa menit lalu masih memanggilnya Hyuuga, kali ini Kazekage itu justru sudah memangilnya dengan nama depan.

    "Ini bukan menyangkut harga diriku saja, Hinata. Namun juga seluruh warga Suna. Karena itu, peristiwa dua belas tahun lalu dianggap melukai seluruh rakyat Suna.."

    Hinata mengangguk mengerti, ia tahu konsekwensi jabatan yang di emban Gaara.

    TOK..TOK..TOK

    Terdengar ketukan yang mengganggu telinga Gaara, namun begitu, ia tau chakra ini bukanlah orang asing. Ketua tim ANBU negeri pasir itu berada di depan pintu.

    "Masuklah," Gaara menyahut.

    Seorang pria dengan topeng serigala mengahadap.

    "Maafkan saya, Kazekage-sama.." ujarnya, "Kami telah menangkap penyusup. Seorang Uchiha baru saja di tangkap."

    Mata Hinata melebar. Sasuke? Apakah Sasuke nekat menyusulnya ke sini, setelah pertimbangan dan diskusi yang memakan waktu lama?

    "Hn." Gaara masih bersikap tenang. "Bawa dia ke mari." Perintah sang Kazekage.

    Dengan gerakan kilat lelaki bertopeng serigala itu lenyap. Menyisakan rasa kaget di antara Hinata dan sang Kazekage.

    "Apa mungkin—"

    "Bukan," potong Gaara, "kurasa bukan 'dia'. Meski dia mencintaimu dan sangat possesif, namun Sasuke orang yang memegang teguh janjinya. Dia, adalah seorang lelaki yang tidak akan melanggar janji, kecuali.." Gaara berhenti.

    Pintu kemudian terbuka,

    Gaara tersenyum, "Juniornya dalam bahaya.."

    Hinata tak bisa menahan rasa terkejutnya ketika melihat putra semata wayangnya, Uchiha Kyosuke datang dengan dikawal dua pasukan ANBU negeri pasir.

    "Kyo-chan.." Hinata hampir saja memekik.

    Sasuke junior nyengir, "Maaf, bu.."

    Hinata masih memandangi anaknya yang sekarang berdiri dengan tangan terikat di belakang. Ia hanya tak habis pikir, kenapa anaknya berada di Suna, padahal sedang ujian chunnin. Astaga.. jangan bilang kalau anaknya kabur.

    "Tinggalkan kami. Jika kalian merasakan chakra Uchiha yang lain, biarkan saja ia lewat.."

    "Tapi—"

    "Ini perintah!" hardik Gaara tegas.

    "Baik Kazekage-sama.." ujar mereka. Mereka membungkuk sebentar untuk mengucapkan salam, lalu menghilang begitu saja.

    Hinata langsung mengahambur kepada anaknya. Melepaskan ikatan simpul tali yang telah dialiri chakra penyegel. Tali ini aktif jika terkena sharingan.

    "Maaf, bu.."

    PLETAK!

    "Aucchh! Ittai," Kyosuke menggosok kepalanya yang terkena sentilan Hinata.

    "Berani-beraninya kau kabur dari ujian chunnin.." geram perempuan berambut indingo itu. Ia kesal harus menghadapi dua orang Uchiha yang senang sekali membuatnya jengkel.

    "Maaf bu, tapi ayah sungguh menyebalkan. Dia—"

    "Sasuke," sela Gaara. "Sebaiknya kau keluar dari persembunyianmu. Kau tidak ingin dianggap sebagai pengintip kan,"

    Kyosuke menghentikan aduannya pada sang ibu, saat Sasuke Uchiha tiba-tiba saja muncul di sudut ruangan.

    Sasuke si kapten ANBU terkekeh, "Sejak kapan kau menyadari kalau aku berada di sini?"

    Gaara menyeringai, "Aku bahkan bisa mengendus chakramu sejak lima belas menit yang lalu. Cih! Tidak kusangka secemburu itu kau padaku.."

    "Hei, hei.. Kau pikir apa semua ini masuk akal?" ujar Sasuke penuh dengan arogansi.

    "Kau memang pandai merusak mood orang lain ya," tuduh Gaara.

    "Terimakasih atas pujiannya, Sabaku—"

    DUAGH!

    Sasuke terpelanting hingga beberapa meter,

    "Hinata!" ucapnya tanpa berkedip, ia masih sangat kaget ketika rahangnya terasa nyeri akibat jyuuken istrinya sendiri.

    "Jaga bicaramu Sasuke, kita sedang berada di Suna. Dan dimana kesopananmu memanggil seorang Kazekage dengan sebutan nama marganya saja," omel Hinata.

    "Tch!" Sasuke berdecih, "Maafkan saya, Kazekage-sama.."

    Gaara menyeringai. Kena kau, Uchiha!

    BRAK!

    Tiba-tiba pintu terbuka, seorang gadis imut kira-kira berumur sepuluh tahun memasuki ruangan Kazekage dengan terburu-buru.

    "Ayah, kudengar ada penyusup Uchi—" suara merdunya terhenti ketika mata azurenya bertatapan dengan mata berwarna oniks milik Kyosuke.

    Dunia serasa berhenti. Rasanya ada bulu-bulu merak yang bertebaran di angkasa.

    Gaara tersenyum kecut,

    Hinata tersenyum penuh arti.

    Sasuke memutar mata bosan.

    Kelihatannya, Suna dan Konoha akan segera berbesan lagi. Dan mungkin Uchiha akan selalu diijinkan untuk memasuki wilayah Suna.

    Ya, kekuatan cinta memang luar biasa.

    Bukankah begitu?

    Ada yang terikat karena cinta,
    Ada yang lari karena cinta,
    Dan mungkin cinta begitu indah sampai pantas untuk dikejar.

    END
  • Alur Cerita Gatchaman Crowds Episode 1 "Avant-Garde"

    Gatchaman Crowds Episode 1: Garda Depan

    Gatchaman Crowds Episode 1
    Disclaimer: Toshiya Ono @ Gatchaman Crowds
    Rewrite by J

    -Tahun 2015 di Kota Tachikawa, metropolis kedua di area Tokyo-

    Cuaca pagi begitu cerah, pria berambut blonde sedang berada di kamarnya, berpakaian dan mengemas buku pelajaran. Ada satu benda yang tak boleh dilupakan untuk dibawa, sebuah buku bersampul gambar 'burung' yang membentuk huruf G sekelilingnya.

    "Sugane, aku memohon padamu.."

    "Hai!"

    "Dan hari ini juga ada seseorang yang baru"

    "Wakarimashita (dimengerti). Kalau begitu aku pergi dulu ya"

    "Hati-hati di jalan"

    Mungkin si pemilik suara yang berada di kamar gelap itu anggota keluarganya atau Gatchaman? Yah aku tidak pasti karena dia tidak menampakkan dirinya saat berbincang dengan Sugane. Selesai memakai sepatu, dia berangkat.

  • Alur Cerita Dangaronpa Episode 1: Selamat Datang di SMA Keputusasaan

    Episode 1 Danganronpa The Animation: Welcome to Despair High School

    Rewrite by J
    Disclaimer manga by Spike Chunsoft

    Danganronpa the animation
    Di sebuah tempat yang gelap di beri satu pencahayaan lampu yang menyoroti satu boneka beruang berwarna setengah hitam dan putih, dia tengah duduk tersenyum di lantai.. menatap sosok pria dihadapannya. Pria itu diikat oleh sebuah tali di kursi dan matanya ditutupi kain, mencoba melarikan diri dengan cara menggerak-gerakkan badannya-yang mungkin bisa melonggarkan ikatan itu- namun tidak ada gunanya.

    Sang beruang memencet tombol merah.

    START

    Sebuah mesin besi dari belakang si pria, menyergap secara tiba-tiba.

    "Arrggh"

    Robot berwujud beruang itu terbang bagaikan roket menuju angkasa. Belum sampai beberapa menit, dia meluncur kembali ke bumi dengan posisi kepala di bawah, bertenaga kuat sampai memunculkan percikan api. BRUAKK, pintu keluar yang berada di tengah perutnya membuka menjadi dua. Terlihat pria sanderaan tadi telah menjadi tulang belulang, naas untuknya.

    Makoto Naegi, siswa baru yang diterima di sekolah swasta Puncak Harapan berdiri di depan pintu gerbang, melihat gedung menjulang tinggi yang nantinya akan menjadi tempat menimba ilmu baru. Sekolah itu elit, sudah dipercaya oleh pemerintah, terdapat klub-klub siswa yang diciptakan untuk mengasah keterampilan para siswa disana.

    "Langkah pertamaku harus diisi dengan harapan" Dia sadar bahwa dia hanyalah seorang murid biasa, namun dia memiliki jiwa positif untuk mencoba beradaptasi.

    Melangkahkan kaki.. saat melewati garis gerbang, dunia terasa berputar seakan masuk ke dimensi lain

    "Semuanya gelap"

    Saat tersadar dia sudah berada di dalam sebuah kelas kosong, hanya ada dinding berplat baja dan dipenuhi kamera cctv.

    "Bukan beruntung masuk ke sekolah ini tapi aku sangat tidak beruntung masuk ke dalamnya. Inilah saat dimana dunia damaiku berakhir"

    Tangan kecil Naegi tentu tak dapat membuka baut sebesar potongan batu itu, hah percuma lah Naegi.. kau hanya membuat dirimu sakit sendiri.
    Dia melihat ada sebuah kertas tergeletak di atas meja.

    Kalian tahu apa yang tertulis dalam kertas itu? Tulisannya seperti menggunakan crayon anak TK tapi isi dari surat itu sangat mengejutkan

    "Selamat datang menjadi anggota. Peraturan baru telah dimulai, sekolah ini akan menjadi dunia bagi kalian untuk hidup.."
    "Upacara dimulai jam 8, berkumpul di Gym"

    Naegi melihat ke jam dinding, benar.. Jarum panjangnya menunjuk ke angka 12 dan yang pendek ke angkat 8 tepat itu berarti bahwa dia harus segera menuju tempat yang diberitahukan oleh surat misterius itu.

    Keluar dari kelas, menengok ke kiri dan kanan-tak ada siapapun. Menelusuri lorong ruangan sampailah di depan ruang Gym.

    Cahaya menyilaukan menusuk mata saat Naegi membuka pintu. Oh ternyata disana sudah banyak juga yang diundang (?) Mulai dari gadis berambut panjang hijau, pria berkacamata dengan setelan jas rapih, ada juga orang berkulit cokelat gelap dengan jenis rambut aneh mencuat-cuat ke atas seperti landak. Yaah berbagai tipe manusia terkumpul, Naegi bergegas masuk untuk bergabung.

    Naegi: "A-ano.."

    Yasuhiro: "Ternyata kau anak baru juga" sapanya, dia terlihat ramah "sekolah ini aneh" sambil menggaruk depan kepalanya

    Hifumi: "Lima belas orang ya" Tubuh gemuknya menghalangi pemandangan saja "apakah semua orang sudah sampai?"

    lalu cowok bermata merah menyala mengacungkan jari telunjuknya tepat di depan Naegi "Kau diberitahu untuk datang tepat jam 8 kan! Keterlambatanmu benar-benar tak bisa ditolerir" teriak Kiyota

    Junko: (melipat lengan di depan dada) "Hah apa yang kau bicarakan? siapa yang peduli dengan keterlambatan di saat aneh seperti sekarang?"

    Chihiro: (mengacungkan tangan, orang-orang yang membelakanginya memutar posisi) "Apa kalian sudah berada disini sesaat setelah bangun?"

    Naegi: "Begitulah"

    Chihiro: "Sudah kuduga.." (membuang nafas)

    Celestia: "Semua orang kehilangan kesadaran lalu terkumpul disini"

    Mondo: "Ini terlihat seperti kantor diskriminasi yang pernah aku masuki" haha, dari tampangnya saja mondo sudah cocok menjadi preman, namun jangan melihat kepribadian seseorang dari penampilannya

    Leon: "Menurutmu ini semacam penculikan atau sesuatu?" kata cowok berjenggot dikuncir ini, berambut keorenan dan bermata biru

    Aoi: "Ini pasti semacam persiapan khusus" dia sepertinya satu-satunya orang yang sangat antusias "maksudku ini adalah sekolah khusus kan?" menoleh ke arah kirinya, disana berdiri manusia besar nan jangkung berotot.

    Ohgami: "Untuk mengetahui kebenarannya kita harus mencari tahu apa yang sedang terjadi" kenapa tidak mencari tempe, tahu kedelai kan sedang langka akibat melonjaknya harga kacang xD haha

    Naegi: (mengangguk) dia melihat ke seluruh lapisan manusia yang baru dia kenal. Aoi berpindah dari tempat asalnya, Touko mendadak ketakutan

    Touko: "Oh tidak, dia menatapku" begitulah yang dia ujarkan saat Naegi -tak sengaja- melihatnya "Hanya karena aku jelek benar-benar merusak pemandangan" gadis ini memiliki rambut dikepang dua dan berkacamata

    Byakuya: "Apa yang kau lihat" Kamera sedang memberi kesempatan bagimu! tch-

    Naegi: "Ti..tidak" melihat ke sisi lain, ke satu wanita yang sedang berpikir

    Kyouko: "Nani?"

    Naegi: "Engga ada apa-apa" berlalu meninggalkannya

    Maizono : "Kau Naegi-kun? dulu kita bersekolah di SMP yang sama" cantik dan manis, karena sudah saling mengenal mereka bisa lebih nyaman mengobrol

    Naegi: "Jangan bilang kau masih ingat padaku" (wajah blush mode on)

    Maizono: "Tentu saja. kita 3 tahun melewati smp bersama"

    Naegi: "Bukan begitu, masa gadis sepopuler dirimu memperhatikan cowok biasa sepertiku"

    Maizono: "Ha, jadi menurutmu aku orang sombong?" (menutup wajah dengan kedua telapak tangannya)

    Naegi: "Maaf, maksudku.." dia agak bingung jika gadis itu menangis karena ucapannya, dia harus bagaimana..

    Maizono: "Haha aku hanya bercanda"

    Byakuya: "Apa kau berencana menggodanya sepanjang hari?" (memegang kacamata, menatap Naegi) "Kita harus mencari tahu siapa dalang dibalik semua ini"

    Touko: "Kita semua terkurung disini,

    Junko: "Tapi yang lebih penting sekarang menemukan semua peralatan, aku tidak tahu dimana ponselku berada"

    Mendengar pernyatanyaannya, semua orang tersadar lalu masing-masing mencari ponsel mereka juga. Hilang, seakan ini telah direncanakan matang-matang. Sungguh jenius

    Yasuhiro: "Mungkin ini semacam orientasi siswa oleh SMA ini?" (menopang dagu dengan jari) Bahh, aku kaget dia menunjukkan bola bersinar dari balik jubahnya -___- "Itu menurut bola kristalku" ujarnya

    Leon: "Apakah ramalannya benar?"

    Yasuhiro: "Tiga puluh persen dari ramalanku selalu benar" Ohmigosh, tidak setengah-setengahnya bahkan

    Ngiiiiiiing.. suara keras yang keluar dari sound besar membuat kebisingan

    "Tes tes 1,2,3 tes.." -> ini kata admin xd

    Kuma (aku yakin ini Kuma yang berbicara): "Selamat datang semuanya, mari kita mulai upacara pembukaan"

    Yasuhiro: "Benar kan, ini cara pihak sekolah menyambut kita semua"

    Kyouko: "Tidak, kau salah"
    Danganronpa the animation
    Bagaikan sebuah jelangkung yang datang tak diundang, Kuma memantul dari bawah altair ke atasnya.

    Naegi: "Sebuah boneka?"

    Kuma: "Gue bukan boneka!!" (nada nyolot) "Aku adalah monokuma, kepala sekolah SMA ini. Senang bertemu dengan kalian semua.."

    Hifumi: "Kyaa boneka itu bergerak" ekspresi wajahnya seperti tidak percaya pada kenyataan di depannya

    Kuma: "Sudah ku bilang aku adalah monokuma, kepala sekolah kalian" (menunjuk ke dirinya sendiri)

    Naegi: "Kepala sekolah?"

    Kuma: "Karena kalian sudah mengerti mari kita mulai acara utama kita. Berdiri dan membungkuk, ohayou gozaimasu~~"

    Kiyota: "Ohayou gozaimasu!" (membungkuk lurus sudut 90 derajat) dia memiliki sifat tegas dan taat pada peraturan, hm.. murid yang mengesankan. Touko yang berdiri disampingnya terkaget sampai mengangkat tangan

    Touko: "Hey jangan dengarkan dia"

    Kuma: "Kalian semua adalah harapan, harapan para siswa ada di pundak kalian. dan untuk merawat simbol harapan kalian yang indah, aku telah memutuskan untuk membiarkan kalian semua hidup di SMA ini bersama"

    Junko: "Apa maksud semua ini?!"

    Kuma hanya menari santai, menjawab: "Adapun seberapa lama kalian hidup bersama tidak ada batasnya, jadi kalian akan hidup disini selamanya" -bagaikan akhirat-

    Leon: "Apa yang kau bilang?"

    Chihiro: "Seumur hidup kami?" (menyatukan telapak tangan)

    Kuma: "Jangan khawatir, sekolah ini memiliki anggaran dana cukup besar sehingga kalian aman tinggal disini" (melipat tangan ke belakang tubuhnya)

    Naegi: "Jangan bilang plat besi di jendela itu adalah supaya kita tidak bisa pergi dari sini?"

    Kuma: "Yup! berteriak sekencang apapun tidak akan ada orang yang bisa mendengar kalian atau datang untuk menyelamatkan"

    Calestia: "Jika apa yang dia katakan adalah benar maka kita tidak bisa hidup di sekolah ini"

    Kuma mendehemkan suaranya, fiuh "Siapapun yang ingin keluar dari sekolah ini harus mengikuti peraturan tertentu"

    Byakuya: "Peraturan?" kacamatanya berkerling

    Kuma: "Aku tidak peduli bagaimana cara kalian melakukannya, tapi hanya siswa yang telah membunuh yang boleh meninggalkan sekolah ini"(melakukan salto (?) tubuhnya yang gemuk ternyata lebih ringan dariku xd

    Blam, kakinya menapak dilantai "Itulah peraturannya, mudah kan? Kalian boleh menggunakan senjata, menikam, memukul sampai tewas, mencekik, bahkan menembak! aku sungguh menginginkan kegembiraan itu" Kuma nya dapat ikan besar, mancing darimana tuh ".. yang tidak bisa kudapatkan meskipun aku menyerang manusia dan ikan salmon ini" (melempar ikan ke admin, horay!) "situasi penuh keputusasaan dimana dunia ini saling membunuh. Ya ampun mendengar hal itu aku menjadi hot"

    Leon: "Kau serius!"

    Maizono: "Mengapa kita semua harus saling membunuh?"

    Hifumi: "Dia benar! hentikan omong kosongmu itu dan biarkan kami pulang"

    Kuma: "Omong kosong? apa yang kau maksud dengan omong kosong?" satu bagian hitam tubuhnya yang memiliki garis berbeda dibagian mata kini membuka, menunjukkan warna merah seperti lampu "Dengar, mulai saat ini sekolah ini adalah rumah kalian, komunitas kalian dan dunia kalian" berjalan meninggalkan para siswa "Kalian boleh melakukan apapun yang kalian inginkan hingga kalian menjadi liar"

    Mondo: "Membunuh? lelucon ini sudah kelewatan!"
    Monokuma
    Kuma: "Lelucon katamu? aku sedang membicarakan tentang gaya rambutmu" Ternyata monokuma tidak berbadan besar, dia pendek dan mungil

    Mondo: "Dasar boneka sampah, aku tidak peduli kau boneka remote kontrol atau apapun, akan kuhancurkan kau hingga tak bersisa" (mencekik leher kuma hingga melayang)

    Kuma: "Melakukan kekerasan pada kepala sekolah adalah melanggar peraturan" mata merahnya kembali muncul tapi kali ini mengeluarkan sejenis suara

    Mondo: "Suara apa itu?"

    Kyouko: "Ini buruk, cepat buang boneka itu. Hayaku!"

    Mondo melemparkannya ke udara, benar saja boneka Kuma tadi meledak seperti bom molotov. Lalu kemanakah sosok kepala sekolahnya?

    Chihiro: "Apakah boneka itu sudah mati?"

    Kuma: "Aku bukan boneka mainan, aku adalah boneka kuma" What? Dia keluar-lagi- dari bawah meja pengumuman! "Ta-da"

    Sontak semua orang keheranan.

    Kuma: "Kali ini aku hanya akan memberimu peringatan tapi jika lain kali aku menemukan ada diantara kalian yang melanggar, aku akan menghukum kalian secara sadis" Kuku tajamnya dikeluarkan, tersenyum seringai devil "Baiklah, ini adalah akhir upacara pembukaan. Kuharap kalian menikmati kehidupan di SMA yang makmur dan suram ini" tubuhnya menurun ke bawah altair lalu menghilang

    Calestia: "Jadi satu-satunya cara untuk keluar adalah dengan membunuh semua orang yang ada disini?"

    Kiyota: "Ini konyol sekali" (mengerutkan dahi)

    Chihiro: "Nee, ini hanya lelucon?"

    Byakuya: "Masalahnya bukan tentang ini sebuah lelucon atau tidak, tapi apakah ada diantara kita semua yang bodoh untuk mempercayai itu?"

    Tidak sesuai dengan nama sekolahnya "Puncak Harapan"? namun yang terjadi adalah Keputusasaan.

    "Kyaaaa ciat!" Lengan berototnya mengena di dinding "Ini tebal sekali" ucap Ohgami

    Masing-masing siswa mendapatkan sebuah buku pelajar yang tidak biasa, seperti sebuah gadget canggih touchscreen, data diri setiap orang ada didalamnya.

    Yasuhiro: (berteriak) "Buku pegangan siswa ini lumayan kereenn!"

    Aoi: (turun dari tangga atas) "Buruknya!" dia menemani Ohgami, mencoba meruntuhkan tembok.

    Mondo: "Disini juga, arggh sial" (menendang altair).  Leon yang berada bersamanya terus mengecek ke dalam altair tempat Kuma muncul dan pergi, mungkin saja ada jalan keluar

    Kiyota: "Kita tak boleh putus asa! aku yakin ada satu petunjuk yang bisa membuat kita keluar dari sini!"

    Aoi: "Yup! mengurung terus tidak akan mengubah apapun"

    Leon: "Kalau begitu kita berpencar.."

    Byakuya: (memotong kalimat Leon) "Aku pergi sendirian saja"

    Junko: "Doushite?!" (berkacak pinggang)

    Byakuya: "Karena ada kemungkinan seseorang diantara kita sudah memiliki rencana untuk membunuh"

    Maizono: "Tapi itu.."

    Byakuya: "Tidak ada yang menjamin" dia mulai melangkah sendiri

    Mondo: (memanggil dan mendekati Byakuya) "Tunggu, kau jangan egois"

    Byakuya: "Minggirlah sampah"

    Mondo: "Apa katamu? sepertinya kau ingin merasakan pukulanku" Krek, suara urat-urat jari tangan yang sudah siap menghantamkan jotosan

    Naegi: "Sebentar, kenapa kalian malah berkelahi?"

    Mondo: "Apa urusanmu? Kau mau menceramahiku? Kau pikir kau itu siapa?"

    Naegi menjadi terpojok, "Bukan itu maksudku.."

    Pria berambut seperti ala elvis namun terlihat mirip jagung ini amarahnya memuncak, dan..

    ~~~

    Saat membuka mata, terlihat dinding berlapis karpet merah. Naegi melihat ke sampingnya, "dimana aku?" tadi kau sudah dipukul keras oleh Mondo, hey. Si Naegi segera bangun dari pembaringan, duduk melipat kaki "Maizono-san." dia kaget melihat gadis itu yang menemaninya

    Maizono: "Syukurlah"

    Naegi: "Dimana kita?"

    Maizono: "Di kamarmu. Kita semua memiliki kamar masing-masing. Aku, ohgami dan yang lain membawamu kesini"

    Naegi menatap kesekelilingnya, jadi ini kamar tempat dia tidur nanti. Meskipun nyaman namun baut-baut baja masih tertempel di dinding. "Sekarang mereka dimana?" (wajah khawatir)

    Maizono: "Berpencar mencari petunjuk, aku mengkhawatirkanmu jadi.." dia terlihat malu setiap kali bersama Naegi, apa mungkin dia menyukainya?

    Maizono adalah seorang idola, dia penyanyi yang anggun dan imut. Walaupun begitu dia senang ada orang yang dia kenal di sekolah ini. "Kau sudah baikan?" tanya dia.

    Naegi: (bangkit dari tempat tidur) "Iya. Lagipula aku tidak bersantai-santai saat seperti ini"

    Maizono: "Kalau begitu mulai saat ini aku akan menjadi asistenmu. Ayo kita cari jalan untuk keluar dari sini" (mengambil telapak tangan Naegi, menggengamnya"

    Naegi: "Hem!"

    Di ruang makan semuanya berkumpul. Terdapat meja makan cukup besar disana

    Aoi: "Kau baik-baik saja, Naegi-kun?"

    Naegi: "Iya, terima kasih" (mengambil kursi kosong di samping Mondo)

    Mondo: "Gomenne"

    Naegi: "Tidak apa-apa, maklum jika disaat seperti ini kita merasa emosi"

    Calestia: (memutar-mutar helaian rambutnya) "Kita telah berkumpul jadi tidak ada yang melakukan pembunuhan"

    Kiyota: "Dengan begitu aku membuka pertemuan pertama siswa SMA Puncak Harapan"

    Mondo: "Aku sudah mencoba menggebrak pintu masuk, namun gagal" dia menendang pintu besi beberapa kali, tak ada hasil yang terlihat "Itu sekuat baja"

    Calestia: "Tentu karena itu terbuat baja" haha.. Mondo mondo xD

    Aoi tetap berpasangan dengan Ohgami, "Kami menemukan tangga di lantai dua di salah satu lorong.."

    Aoi: "..Namun jeruji menghalangi jalan kami"

    Kyouko: "Kita hanya bisa memeriksa lantai pertama gedung ini saja"

    Hifumi berpisah dengan teman-temannya, dia malah asyik bermain dengan spring bed di kamar "Nyaman sekali.. asalkan tidak peduli pada plat besi dan kamera pengawas.."

    Chihiro memeriksa bagian dapur, sekolah ini sangat luas dan benar bisa memenuhi kebutuhan semua manusia yang tinggal didalamnya "Kulkas disini berisi penuh makanan, kita tidak perlu khawatir kehabisan makanan meskipun entah sampai kapan akan cukup untuk kita" tanpa disadari dari belakang Chihiro ada sosok baru yang datang "Kata Monokuma kulkasnya setiap hari akan diisi"

    Junko; "Hah, kau bertemu dengannya?"

    Chihiro tersenyum memberi anggukan, dia terlihat santai saja tanpa rasa takut "Dia muncul dihadapanku saat aku memeriksa kulkas lalu menghilang setelahnya"

    Touko: "Kita tidak menemukan jalan keluar maupun pelakunya, penyelidikan yang kalian lakukan tidak ada gunanya" santai aja neng, nikmati~ kau sangat serius

    Calestia: "Tapi setidaknya kita berhasil menyadari bahwa kita terkurung di ruangan tanpa pintu"

    Touko: "Apa yang harus kulakukan??" (menggaruk rambutnya, stres menyerang)

    Byakuya: "Kau dengar, kan apa yang dikatakan Monokuma. Kita harus membunuh jika ingin keluar dari sini"

    Junko: "Hentikan, itu tidak lucu!"

    Leon: "Pasti ada sesuatu yang bisa kita lakukan"

    Calestia: "Kita harus beradaptasi.."

    Junko: "Maksudmu kita harus menerima kenyataan untuk hidup dalam sini?" (nada suara ditinggikan)

    Calestia: "Bukan yang kuat atau cerdas yang mampu bertahan tapi seseorang yang bisa membuat perubahan. Mengerti? Oleh karena itu aku memiliki penawaran untuk kalian semua"

    Mondo: "Penawaran?" dia duduk sambil meletakkan kakinya diatas meja, semua orang kini menatap pada gadis berkulit pucat itu

    Calestia: Peraturan sekolah menyebutkan sesuatu tentang waktu malam. Mari kita tambahkan peraturan kita sendiri disini"
    'waktu periode dari jam 10 malam sampai 7 pagi dipanggil malam, beberapa area akan terbatas selama jam itu. Jadi berhati-hatilah'

    Junko: "Lalu apa peraturannya?"

    Calestia: "Kita hanya tidak boleh keluar kamar saat malam, itu saja"

    Touko: (melepas tangannya dari kepala yang sedari tadi menempel) "Kenapa?"

    Calestia: "Tanpa peraturan itu kita akan meringkuk ketakutan setiap malam mengkhawatirkan tentang ada atau tidaknya orang yang akan membunuh kita

    "Eeh?" teriak kaum wanita

    Calestia: "Tapi kita tidak bisa memberlakukan peraturan ini begitu saja. Ini tergantung niat kalian ingin bekerja sama atau tidak"

    Beberapa hari kemudian Naegi masih mencari jalan untuk keluar, didampingi oleh 'asistennya' Maizono. Namun karena tak ada yang bisa diharapkan, waktu berlalu tak terasa. Ada yang menikmatinya dan ada juga beberapa yang gusar. Garis kuning polisi pun bergambar Monokuma, keren dah ^^/

    Leon: "Ah, kita tidak akan menemukan apa-apa jika hanya mengecek di tempat yang sama"

    "Benarrr" kata mereka serentak

    Chihiro: "Apa kita akan terkurung disini selamanya?" air mata mengalir, dia menangis khawatir "tidak adakah yang bisa menyelamatkan kita?"

    Aoi: "Tenang Fujisaki-san, maksudku pasti sebentar lagi ada yang akan menyelamatkan kita" (berkata sambil tersenyum)

    Touko: "Menyelamatkan?"

    Junko: "Maksudmu?"

    Aoi: "Sudah tiga hari berlalu sejak kita terperangkap disini, pasti polisi sedang melakukan sesuatu!" (melakukan hormat)

    "HAHAHAHA" tertawa seakan penuh kemenangan. Sejak kapan monokuma duduk bersama mereka? hantu jadi-jadian~ "Kalian berharap polisi akan datang? dengar, jika kalian benar-benar ingin keluar dari sini, maka bunuhlah seseorang"

    Membunuh adalah bukan hal mainstream bagi sebagian manusia, Monokuma sungguh ingin menantang mereka. Wajah-wajah kegalauan terpancar..

    Kuma: "Polisi tidak mungkin datang kesini karena menganggap ini adalah SMA biasa, tapi apa kalian tidak sedikit merasa bosan?" noet noet, tangannya mengelus meja

    Naegi: "Tak peduli berapa kali kau mencoba memprovokasi kami, kami tidak akan membunuh!"

    Kuma: "Aku heran mengapa sampai sekarang tidak ada yang melakukan pembunuhan meski telah disediakan tempat, alur, karakter yang diambil dari novel misteri.." *menggoyangkan tubuh* "Tapi sekarang aku sadar ada sesuatu yang hilang

    Leon: "Apa itu?"

    Kuma: "Sebuah motif. Karena itu aku sudah memberi kalian hadiah di ruang AV"

    Naegi: "Ruang AV?"

    Ruangan yang dimaksud adalah tempat gelap seperti sebuah lab komputer.
    danganronpa the animation
    Setiap orang mendapatkan satu kaset CD sesuai dengan nama yang tertera pada cover cd tersebut. Naegi duduk bersebelahan dengan Maizono, memasukan kaset itu ke dalam pemutar video dalam komputer. Ternyata setelah diputar, muncul video rekaman orang tua Naegi saat diwawancarai mengenai anaknya yang bisa berkesempatan masuk ke sekolah Puncak Harapan.

    "Makoto-kun, terpilihnya kau menjadi siswa puncak harapan seperti mimpi yang menjadi kenyataan! Ganbatte nee?" Ucap sang Mama

    "Aku bangga padamu, Nak tapi jangan terlalu memaksakan dirimu" Ayahnya ikut memuji

    "Onii-chan kau lihat aku, Ganbatee ya"

    Blank~ layar penuh dengan semut berisik, video tadi menghilang padahal Naegi merasa senang karena keluarga mereka turut bahagia atas diterimanya di sma itu..
    Seketika perasaan menjadi berubah saat video kembali muncul dengan latar berbeda, memberi kesan bahwa keluarga Naegi menghilang. Begitupun yang dirasakan oleh karakter lain, semacam pengacau batin.

    Naegi menjadi pucat pasi: "kenapa? aku harus keluar dari sini, segera!"

    "Iiya!! (iie, tidak)" Maizono yang selalu berwajah manis pun hilang entah kemana ke-IMUT-anisasi nya "Aku harus keluar dari sini sekarang juga!" tubuhnya bergetar, berkeringat panas-dingin

    Naegi: "Maizono-san"

    Maizono: "Kenapa ini harus terjadi, membunuh dan terbunuh? aku tidak tahan lagi" tubuhnya tumbang dan terduduk ke lantai

    "Fu-fu-fu-fu.." Kuma muncul di layar lebar

    Kyouko: "Siapa kau sebenarnya? apa alasanmu melakukan semua ini? Apa yang kau ingin kami lakukan?" bertanya pada kepala sekolah

    Kuma: "Apa yang ingin kalian lakukan? Hm.. *duduk miring diatas kursi kekuasannya* "Aku ingin.. membuat kalian putus asa"

    Maizono berlari keluar, berteriak..

    Naegi menyusulnya, mengambil lengan gadis itu untuk menghentikan tingkahnya yang sudah masuk ke dalam perangkap Kuma "Kita pasti bisa keluar jika kita semua bekerja sama"

    "Lepaskan tanganku! Kau bohong"

    "Atau kita akan diselamatkan sebelum hal itu terjadi"

    "Tidak akan ada yang menyelamatkan kita!"

    "Aku pasti akan mengeluarkanmu dari sini. Tidak peduli apapun yang harus kulakukan. Aku janji"
    danganronpa the animation episode
    Sementara yang lain berada di luar, sebagian murid masih tetap di dalam ruang AV. Kyouko bersikap lebih tenang, memikirkan sesuatu. Tapi Monokuma mengeluarkan tawanya semakin kencang "Ha-ha-ha.. hi-hi-hi.. hu-hu-hu.."

    Pasti akan menyenangkan saat-saat dimana mereka harus memilih melindungi teman atau malah membunuhnya, sebuah pilihan yang sulit,,

    Next aku tulis lanjut apa yang kuingat di episode 2. Haha.. :)
    To be continued
  • Copyright © 2013 - Unbreakable Machine Doll - Anime Otaku - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan