• Posted by : Unknown September 19, 2013

    Fanfiction Naruto & Sakura "Aku Tidak Sedang Bermimpi" by J (Oremoe)

    Disclaimer Naruto © Masashi Kishimoto

    Naruto Sakura
    Perhatosan: Lemon, M+
    "Nee, Naruto.. ayo kita lakukan.." Sakura mencopot kancing atas kerah bajunya memperlihatkan bagian dalam, itu tidak seharusnya dibuka-buka ke khalayak ramai. Bibirnya menutup mulut Naruto yang menganga sejak 2 menit lalu.

    "Hmm~" desahan kenyamanan saat mereka berciuman

    "Hanya kau yang aku persilahkan untuk melihat ini"

    "Sakura.."

    "Mendekatlah, Naruto" dia membuka lebar kakinya sehingga Naruto sudah bisa leluasa melakukan apapun atas sang empu.
    ~~~
    Setelah peperangan selesai dan kehidupan lebih damai masih tetap dalam pimpinan Go-daime Tsunade tentunya, sesuatu yang mengejutkan di salah satu keluarga kecil hampir membuat sang ayah frustasi.

    "Kenapa tiba-tiba kau ingin seorang adik?" tanya Mebuki

    "Biar rame aja di rumah, selama ini aku selalu tidur sendirian, makan sendiri, mandi sendiri, ibu dan ayah kan selalu meninggalkan rumah. Tugas ninja sedang kosong, membosankan sekali bu" jawab Sakura.

    Dia dan kedua orang tuanya tengah makan malam bersama. Disaat seperti inilah Sakura akhirnya bisa menyampaikan permintaan, meskipun mudah untuk diucapkan tapi menghadirkan anggota keluarga baru secara ekspress serta tidak ada persiapan akan mempersulit.

    "Pokoknya 1 bulan ini ibu harus hamil!"

    "Ga mungkin, sayang. Ibu tidak bisa meminta pada Tuhan seenaknya untuk menanamkan benih janin dalam rahim ibu. Kalaupun masih bisa, perlu 1 tahun atau beberapa bulan bahkan tahunan, tidak ada yang bisa menebak kapan kau akan mendapatkan momongan" Mebuki mengelus puncak kepala Sakura, membujuk supaya dia melupakan keinginannya tersebut

    "Benar kata ibumu, kami berdua sudah terlalu tua untuk memberimu saudara. Ini aneh.." Kizashi menaikkan alisnya

    Dalam lubuk hati Sakura alasan utama dia mengharapkan memiliki adik agar dia bisa menyangkal fakta tentang Sasuke-Itachi dan Hinata-Hanabi yang sama-sama berbeda 5 tahun, dimasukkan ke dalam teori SasuHina. 'Aku juga harus punya adik, masa nasibku persis dengan Naruto menjadi anak tunggal! Biar ku buat sendiri Teori Sasusaku'

    PRAANGG.. Piring melayang bagaikan ufo baru mendarat. Sakura marah karena orang tuanya tetap bersikukuh tak bisa mengabulkan hal sederhana itu.

    "Ibu dan ayah tidak sayang sama aku, sejak dulu, iya kan?"

    "Bukannya begitu, kami sayang padamu.. tapi sungguh untuk masalah itu kami hanya bisa angkat tangan. Ganti saja dengan permintaan lain sebagai penggantinya, kau mau mobil? uang? perhiasan? atau Sasuke?" ayahnya mengetahui bahwa Sakura naksir berat pada mantan blacklist yang kini sudah kembali ke desa.

    "Memangnya kalian bisa membujuk Sasuke untuk menikah denganku?"

    BLAM. Seluruh ruangan serasa gelap. Semakin rumit saja apa yang dimau olehnya, Sakura seperti sedang ngidam.

    "Ka..kalau itu ayah juga tidak mampu, Nak. Yang lain deh.."

    "Tuh kan, jadi ngga usah banyak kompromi kalau ngga bisa nyuruh Sasuke buat ngelamar aku! Pilihannya cuma dua, seorang adik atau Sasuke. Titik" dia mendorong kursi makan ke belakang lalu melangkah pergi ke kamarnya.

    "Bagaimana ini, Bu?"

    "Kalau bukan karena aku khawatir dia akan kabur lagi dari rumah seperti saat aku membentaknya gara-gara dia tidak pulang semalaman, aku pasti akan memukulnya dengan sapu lidi!" Mebuki menahan emosi, tak banyak bicara sampai semua amarahnya tersulut dan meledak.

    Bersujud dihadapan satu-satunya anggota keluarga Uchiha yang tersisa di desa Konoha akan membuat keluarga Haruno mempermalukan diri sendiri. Mebuki dan Kizashi tak begitu dekat dengannya, anak sombong dan tidak sopan terhadap orang tua semacam Sasuke hanya akan membuat pikiran mereka tambah ruwet.

    Jalan yang diambil adalah pilihan pertama, yaitu memberi Sakura adik baru. Setelah satu malam penuh berunding, Mebuki memutuskan untuk mengangkat anak yatim piatu, hanya itu ide paling mudah serta tidak memakan banyak waktu dan tenaga.

    Mereka berdua sampai di depan pondok, bangunan tingkat dua terlihat cukup luas dan masih baru di daerah Konoha, dibangun Tsunade khusus untuk menampung anak-anak yang ditinggalkan meninggal oleh orang tua mereka saat bertugas melawan Madara dan Obito. Tidak sedikit ninja Konoha yang tumbang di tanah pertempuran, bagaimana nasib para janda serta anaknya jika tidak ada penampungan?

    "Selamat pagi, Shizune-chan" Sapa Mebuki. Dia memakai pakaian lebih feminin, lengannya kini tertutupi oleh balutan kain. Tidak seperti hari-hari biasa hanya mengenakan kaos putih oblong yang memperlihatkan otot lengannya

    "Oh, Ibunya Sakura? Ohayou gozaimasu.. sedang apa disini? Ohayou gozaimasu, Tuan Kizashi" tersenyum, membungkukkan badan

    "Bisa kita berbicara di tempat yang lebih nyaman?"

    "Tentu, Mebuki-san. Mari kita mengobrol di dalam kantor" Shizune menuntun tamunya ke sebuah ruangan di pusat gedung panti.
    ...
    "Silahkan duduk, mau di buatkan teh atau minuman?" asisten Tsunade itu merapihkan kumpulan proporsal yang menumpuk diatas mejanya untuk dipindahkan ke kolong

    "Tidak perlu repot-repot, lagipula kami berdua sedang terburu-buru dan tidak ingin mengulur waktu.." Ujar Kizashi.

    "Begitu ya. Baiklah" Shizune duduk di kursinya "Silahkan beritahu aku apa yang bisa aku bantu?"

    "Bagaimana prosedur mengadopsi anak dari panti ini?"

    "Loh bukannya kalian sudah memiliki Sakura?"

    "Betul tapi dia menginginkan seorang saudara dari kami, sayangnya beberapa tahun yang lalu Mebuki diberi peringatan oleh dokter untuk tidak mengandung lagi karena rahimnya lemah. Saat mengandung Sakura saja aku mati-matian menjaga kehamilannya supaya tidak keguguran" timpal Kizashi. Dia menggenggam telapak tangan istrinya

    "Cukup mudah. Calon pengganti orangtua hanya perlu mencari anak yang cocok dengan kriteria pilihan mereka dan jika anak itu masih memiliki ibu, kedua belah pihak mesti menyetujui dengan cara mentandatangani kesepakatan" Shizune membuka lembaran-lembaran sebuah dokumen. "Bisa dibaca dahulu syarat dan ketentuannya disini" memberikan satu kertas gulungan pada Mebuki.

    "Maksudmu kedua anak dan ibunya harus satu paket diangkat ke dalam keluarga? Wah berarti ada juga ya panti janda. Apa perlu aku nikahi dulu ibunya biar anaknya menjadi—"

    *Plak* dahi Mebuki berurat, kalimat yang dikatakan oleh Kizashi sangat jelas masuk ke dalam lubang telinganya

    "Awas kalau kau berani poligami 5 istri seperti Rhoma Irama" mengacungkan jari tengah

    "Ng-ng-ngga kok, Mah.. tadi cuma bercanda" balas Kizashi. Pipinya bengkak memerah akibat tamparan cap jari wanita yang duduk disampingnya

    Kembali melanjutkan membaca, setiap kata diperiksa olehnya secara teliti, dia berkata "Ini tidak berat dan sungguh tanpa biaya?"

    "Benar bu. Sebuah panti tidak boleh meminta uang sepeserpun dari calon pengangkat asuh karena itu sama saja seperti penjualan anak. Sudah mengerti apa yang tertulis di kontrak?"

    Mebuki mengangguk yakin.

    "Sebentar ya, akan aku cek data anak yang belum mendapatkan orangtua pengganti. Kalian bisa duduk disini atau berjalan-jalan ke sekeliling, nanti kita bertemu lagi di ruangan ini" Ketiganya bangkit dari kursi

    "Baik. Terima kasih atas bantuanmu"

    Ruangan dalam gedung panti lumayan banyak. Mebuki dan Kizashi sempat melihat kamar di kategori anak berumur 1-5 bulan.

    "Mereka sangat lucu, ya? Aku jadi teringat masa dimana Sakura belajar merangkak mengejar bebek tetangga di teras rumah" Kizashi masuk ke memorial beberapa tahun silam

    "Iya. Dia aktif sekali mirip denganku dan keras kepala turunan ayahnya"

    "Waaah, bukannya kau yang keras kepala? Aku butuh 3 kali puasa 3 kali lebaran sampai kau mau menerima ajakan kencan dariku"

    "Ya itu karena aku tidak suka denganmu, awalnya. Tapi takdir berkata lain dan aku tidak menyesal telah menikahimu, Kizashi.." Mebuki mendekatkan wajahnya, sedikit lagi bibir mereka akan bertemu tapi..

    "Woy Ibu dan Bapak Sakura..." teriakan seseorang menginterupsi adegan romantis -___-

    Mebuki mencari asal darimana suara itu, lalu terlihat bayangan hitam dari luar pintu akibat pembiasan sinar matahari, mendekati mereka.

    "Oh Naruto-chan. Kebetulan sekali kau ada disini? Sakura tidak main denganmu?" Kizashi menggaruk pelan belakang rambut star nya, dalam hati dia menggerutu 'sial sial sial. gagal total pengen ngasih france-kiss ke istri gue'

    "Ini hari minggu jadi aku tidak bertemu dengan Sakura, Pak. Palingan dia ngapel ke rumahnya Sasuke."

    "Trus kau ada keperluan apa ke panti ini?" Mebuki melanjutkan

    "Seminggu yang lalu Nenek Tsunade menyuruhku untuk pindah ke panti, maklumlah aku masih remaja tidak bisa mencari pekerjaan karena akan melanggar undang-undang tentang perlindungan Hak Anak, jadi menyudahi kontrak di rumah susun. Kemarin saja uang sewa kamar naik jadi gopek perbulan, dapet uang darimana kalau ngga ada orangtua?" ngomongnya panjang lebar sekalian curhat

    Kizashi ikut prihatin, matanya berkunang "Kau anak yang tegar, Na-ru-to, guk" tampangnya meleleh oleh air mata, hidung disedot-sedot karena ingus mulai mengucur

    Mebuki memiliki satu ide cemerlang yang terlintas di kepalanya "Ayah, sini aku mau bilang sesuatu" menarik siluet Kizashi

    "E-eh" kaget tiba-tiba dibetot, tubuhnya hampir jatuh ke samping

    Mebuki membisikkan sesuatu, Kizashi terus mengangguk-anggukan entah apa yang dibilang oleh istrinya. Beberapa menit kemudian, mereka tersenyum cemerlang pada si kuning—Naruto

    Senyuman devil "Naruto-chan, maukah kau tinggal di rumah kami sebagai anak asuh?"

    HAAAAH?! Saya dapat ide darimana ya -.-a? oke lanjut..

    "Mendadak sekali sih, tolong jelaskan lebih rinci, aku belum mengerti.." mata Saphire Naruto membulat

    "Jadi gini, kami berdua sepakat untuk menjadikan Nak Naruto sebagai anggota baru kami itu berarti kau saudaraan dengan Sakura, bagaimana?" Mebuki menatap intens, harap-harap cemas

    'Jika aku dan Sakura terikat karena status saudara itu akan membuat jurang perpisahan semakin melebar atas harapanku untuk menikah dengannya, aku... ingin Sakura menjadi wanitaku, bukan kakakku' Naruto diam, belum memberi jawaban

    "Teman Sakura yang paling kami kenal baik adalah kau. Kalau harus diberi penjelasan, malam kemarin Sakura ingin mendapatkan adik baru dalam batas waktu satu bulan. Untuk membuatnya saja perlu bermalam-malam *you know what i mean :p* dan hamilnya dihitung 9 bulan, tuuh ga mungkin banget dari abad tahun gajah sampai sekarang bisa dapat bayi dalam waktu sesingkat itu" Mebuki menepuk bahu Naruto "Kami mohon.. kau juga menginginkan kehadiran orang tua disisimu, nee? Kami bersedia menjadi orang tua terbaik tanpa mengubah posisi Hokage ke empat dan Kushina dalam hatimu,,"

    Tepat sekali, Naruto merindukan sosok kedua orang tua yang tidak dimiliki olehnya sejak kematian Minato dan Kushina saat dia masih bayi.

    "Ma-maaf, bu. sepertinya aku tidak pantas untuk menjadi anak angkat kalian.."

    Mebuki menghela nafas panjang "Kushina adalah sahabatku saat chunin dulu, kau dan Kushina tak beda jauh sifatnya sehingga aku mampu mengerti sikapmu. Tolong pikirkan sekali lagi"

    Tap tap tap.. suara langkah kaki sepatu high heels terdengar "Tuan, kami sudah mengecek semua anak. Data mereka ada dalam berkas-berkas, hanya tinggal memilih saja.. hari ini bisa langsung dibawa ke rumah.."

    "Aku bersedia menerima tawaran kalian.." potong Naruto

    Mebuki mengangkat wajahnya "Kau yakin? Ikhlas?"

    "Yup" setidaknya meskipun aku tidak menjadi orang yang dicintai oleh Sakura, aku masih tetap bisa serumah dengannya, SERUMAH <- Capslock = lebay

    "Terima kasih.. terima kasih.." keduanya bahagia mendengar hal ini

    Shizune kebingungan apa yang terjadi saat dia keliling panti asuhan?

    "Shizune-chan maaf sekali kami telah membuatmu repot, kami membatalkan mengambil anak asuh dari sini. Tidak apa-apa?" Kizashi agak canggung mengatakannya

    "Iie, tidak masalah buatku" tangannya bergoyang, menepis perkiraan

    "Arigatou~"
    ...
    Waktu telah menjelang sore. Naruto dan kedua orang tua Sakura baru sampai ke rumah setelah berjalan-jalan mengitari desa bersama sejenak, saling mengenal. Naruto mudah beradaptasi dengan siapapun, itulah kelebihan yang membuat Mebuki menyukai anak dari Sahabatnya ini.

    "Tadaima.."

    Sakura sedang membaca buku majalah di ruang tamu tapi dia bertanya heran sekaligus penasaran "apa itu cuma perasaanku saja? ara ara, tidak mungkin Naruto datang berkunjung ke rumah magrib-magrib" lalu melanjutkan kembali membuka halaman majalah berikutnya

    JRENG JRENG

    Sakura terkejut, ini bukan khayalan "NARUTO?!" dia turun dari kursi "Bagaimana kau bisa masuk padahal pintu depan rumah aku kunci?" Ya bisa lah pakai jurus xD

    "Dia adalah saudara barumu mulai dari sekarang" sahut Mebuki. Dia muncul belakangan karena Kizashi repot memarkir kendaraan di garasi

    "apa kata dunia? aku emang mau punya adik ya tapi ngga segede ini juga kali bu! dia kan teman sekelompok ku di tim tujuh"

    "Trus masalah buat gue? Haha..." <- author crazy

    "Sssstt, jangan banyak protes. Keinginanmu sudah kami wujudkan, Naruto boleh tinggal di kamar ruang tamu, besok kau bantu Naruto untuk membereskan kamar, oke?" menunjuk ke arah Sakura

    "Taptaptaptapii"

    "Tidak ada kata tapi-tapian, hah ibu dan ayah capek sekali hari ini. Kita akan istirahat dulu, makan malamnya kau beli ke warung ichiraku saja ya. Oyasumi.." Kizashi dan Mebuki menghilang ke kamar

    "Euuuhh, kenapa sih harus naruto naruto naruto, dia mirip spongebob kotak kekuningan!"

    "Oi sakura jangan meledekku, bukan aku yang memohon tapi kedua orangtuamu" Naruto menjaga gengsi, lalu kembali bertanya "Dimana kamar untukku?"

    "Tidak ada kamar untukmu!" Gadis bersurai merah muda ini masih belum dapat menerima kenyataan. Setiap hari dia pasti akan bertatap muka dengan Naruto, orang paling berisik se-Konoha

    "Hm, yasudahlah. aku bisa tidur diluar.." Naruto menunduk sedih, dia mengalah

    "Aku hanya bercanda, maaf. Jangan murung gitu dong.." Sakura menarik lengan Naruto, "Selamat datang di keluargaku" tersenyum kecil
    ...
    Hampir sebulan Naruto sudah menetap di rumah Sakura, kadang mereka bertengkar hanya karena berebut channel program di Televisi, atau mereka berlomba ke sekolah ninja hanya demi taruhan satu mangkuk ramen. Tapi Sakura menjadi lebih senang karena dia tidak sendirian lagi, sangat ingin berterima kasih pada Naruto.

    ~~~
    "Nee-chan.. ahh.."

    Disaat rumah sedang kosong, Naruto menyempatkan masuk tanpa ijin ke kamar Sakura. Dia sudah mulai terbiasa memanggil 'Kakak' padanya.

    (Kembali ke paragraf pertama)
    Naruto mencium bantal sampai basah karena air liurnya atas fantasi yang sering dialami oleh remaja, terutama anak laki-laki. Dia membayangkan sedang 'bermain' bersama Sakura, mengeluarkan desahan-desahan cukup keras terdengar.

    "Nee-chaan.." mengocok benda miliknya dengan satu kain, aku dapat informasi bahwa banyak cowok smp atau sma di Jepang yang melakukan masturbasi dengan cara ini, ngga boleh ditiru ya, cuma ngasih tau biar ngga dilakuin T_T

    Kleekkk, pintu kayu terbuka, si pemilik asli kamar datang tiba-tiba.

    Keduanya kaget, yang satu tengah duduk lemas dan satunya lagi berdiri keheranan.

    "Sedang apa kau berada di kamarku?" Tanya Sakura sedikit menaikkan volume suaranya

    Naruto kebingungan, shit! padahal dia sudah melakukan ini beberapa kali sebelumnya tapi hari ini rencananya gagal dan tertangkap basah.

    "Owh, kau tak memakai celana? wah itu kan pakaian dalamku!" Sakura merebut celana dalam yang berwarna hijau dan ada pita di depannya "Iwww, lengket. Cairan apa sih ini?" di kain itu ada sesuatu yang cukup menjijikan bagi yang belum tau, kemudian Sakura menekan bagian tertentu tubuh Naruto "Hey, juniormu berdiri tegak! asik ngga diginiin" memainkannya dengan ibu jari kaki, sedikit ditekan-tekan tapi karena milik Naruto sudah mengeras (?) jadi Sakura agak susah menundukkannya ke bawah

    "Sakura, maaf.. kalau begitu jangan bicarakan masalah ini lagi, aku akan pergi keluar sekara—"

    "Mau coba-coba kabur ha? Diam kau disini" Sakura melangkah ke dekat laci, mengambil kain panjang lalu diikatkan di tangan Naruto

    "Jangan hukum aku, Sakura. Gomen, houtouni gomen~" Naruto memelas, tangan, kaki dan benda berdiri itu telah dikunci dengan kain

    "Bukankah ini yang kau mau?" Tanya Sakura. Dia ingin mengerjai Naruto kala itu. "Haha, nee bagaimana rasanya kalau ini aku tekan dengan paksa?"

    "A-ah-ah, sakit.."
    Narusaku Fanfic
    "Ouch, aku suka melihat wajah kasihan yang tampak dalam dirimu.." Sakura mendorong Naruto sampai terjungkal diatas ranjang. Dia naik ke atas tubuh Naruto namun berbeda arah, seperti angka 6 dan 9, ngerti ngga? yang ngga ngerti acungkan tangan di perempatan jalan xD

    "Jangan lakukan itu, nanti berbahaya.." Naruto menahan agar Sakura berhenti dalam permainannya

    Namun orang yang dinasihati malah semakin membara, terbawa emosi "Enak kan aku gerak-gerakkan juniormu" dia sesekali menjilat bagian ujungnya

    *aku ga punya ide mesti lanjutin apa dari sini karena aku cewek, jadi jangan bilang aku sok tau haha*

    Naruto menggigit bibir bawahnya, hidungnya tertutupi oleh belahan paha Sakura yang tepat menindih wajahnya "Sejak kapan Sakura menjadi basah"

    "Hum, manis.. kau juga harus lakukan yang sama padaku.. Jilat bagianku, Naruto-kun" suruh Sakura

    "Dame da yo, kita ini adalah saudara.."

    Sakura menyetop kegiatannya sementara, "tepatnya saudara tiri" dia membuka celana dalam putihnya, terlihat bagian dalam rok yang belum pernah sekalipun Naruto bayangkan akan memiliki kesempatan untuk menyaksikan secara langsung "Kau menjadi lebih mengeras tak seperti tadi"

    "Hentikan, nee-chan.."

    "Kehangatan apa yang akan terjadi, ya?" dia berputar, lalu memasukkan benda itu ke dalam miliknya "A-aaargh, susah"

    Naruto pun ikut berteriak, tangannya ingin sekali menggengam telapak tangan Sakura tapi sulit karena terikat. Perlahan-lahan keduanya menyatu, Sakura memposisikan tubuhnya diatas senyaman mungkin meskipun rada nyeri kesemutan di bagian selangkangannya.

    "Sakura.."

    "Aku akan membuatmu merasa nyaman.. kau cukup menonton" dia mulai menggerakkan pinggulnya ke atas ke bawah, lalu bercak darah mengalir.

    "Maafkan aku, aku tidak bermaksud untuk melakukan ini denganmu. Dan aku tidak tahu ternyata ini pertama kalinya bagimu.." Naruto membuang pandangannya ke samping, dia merasa bersalah beribu-ribu maaf telah dia ucapkan.

    Sakura melihat juga ke dalam pahanya, matanya membulat penuh kemudian tubuhnya ambruk menindih Naruto "Kita tidak bisa berhenti sekarang.. kau tidak sedang tidur.." tampak dari raut wajahnya dia meringis, sambil memeluk erat tubuh Naruto, Sakura kembali menggoyangkan tubuhnya.

    Naruto terpancing, seakan dia diberi pangestu oleh Sakura. Kepalanya sedikit mengangkat, mencoba mengambil bibir Sakura untuk dia emut. Si gadis membalas ciumannya, membuka mulut dan mempersilahkan lidah Naruto mengulum miliknya

    "Naruto, motto motto.."

    Kaos yang dia pakai disibakkan ke atas, dadanya sudah tidak tertutupi. Naruto blushing, pemandangan dihadapannya kini terlalu indah untuk dijeda. Sakura menarik tali kain yang meringkus lengan adiknya itu, lalu Naruto bebas memainkan bundaran kembar miliknya

    "Oh my, kau ahli sekali! Ippai, ippai.."

    "Ah, sakura.. aku, aku, aku akan keluar sekarang" cara bicaranya gelagapan akibat guncangan efek gerakan Sakura

    "Sudah mau keluar? aku juga.. berikan semua yang kau miliki padaku"

    Naruto tertegun lalu keduanya terlentang tak berdaya.

    'Bagaimana ini bisa terjadi, apa yang harus kulakukan seandainya kami berdua terlilit masalah antara keluarga dan apa yang telah kami perbuat tadi?'

    "Kenapa Naruto-kun, kau melamun?" sakura memeluknya erat, tidak seperti biasanya dia nempel kayak perangko ke si kuning

    "Aku pikir kita tidak bisa bersaudara lagi, sakura.. perbuatan ini telah menghancurkan semuanya" dia mengelus pipi gadis pujaannya itu secara lembut

    "Jadi kau mau pergi dari keluargaku?"

    "Bukan begitu. Bolehkan aku bertanya sesuatu?"

    "Hem, jangan lupa beri aku alasan pasti mengapa kau tidak mau menjadi adikku lagi" Sakura mencubit batang hidung Naruto

    "Kau mau menikah denganku?"

    Sakura memerah padam, Naruto spontan sekali! "aku..."

    "Aku ingin bertanggung jawab atas kejadian ini. Setelah menjadi hokage, aku akan meminangmu.. Bagaimana jawabanmu?"

    3 kali mengiyakan dengan anggukan, sakura akhirnya menerima confession dari Naruto.

    Pesta pernikahan dilangsungkan di bulan april tanggal 1, beberapa hari setelah Sakura berulang tahun di musim semi.
    Sakura Naruto Wedding
    THE END

    0 komentar

  • Copyright © 2013 - Unbreakable Machine Doll - Anime Otaku - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan